Sunday, May 31, 2020

Pertama kali naik pesawat dan menginjakkan kaki di luar negeri

Temen-temen, 20 tahun saya hidup, belum pernah sekalipun saya merasakan ada di udara. Untuk pertama kalinya, pada Tahun 2017 saya tau bahwa awan tidak menempel di langit πŸ˜…
Jadi, gimana ceritanya?

Ayo, gelar tikar dulu, siapin pisang goreng ama kopi. Siap? 

Malam itu, saya mendapat email dari akun YOUCAN. ia semacam organisasi atau entah apa ya yg kerjaannya bikin acara ke luar negeri gitu. Di email itu ada poster yg isinya promosi program pertukaran budaya ke Singapura. Nama programnya Asean Youth Cultural Exposure (AYCE). Sesaat setelah membaca, imajinasi saya kembali liar. Membayangkan gimana rasanya ada di luar negeri, kalau ke luar negeri berarti naik pesawat dong, asik yaa. Saya juga membayangkan betapa indahnya singapura, krn di poster ada patung singa yg belakangan saya tau namanya merlion. Saat itu juga saya memutuskan saya mau ikut. Saat itu juga saya ngga tau uangnya dpt dari mana. Wkwkwk. Namanya juga pengen, boleh dong ehehehe

Entah kenapa, saya begitu yakin mau ikut programnya, meski ngga tau bayarnya gimana. Apa yg begitu membuat saya tertarik ke luar negeri adalah, pertama saya ingin merasakan gimana sih hidup bersama orang2 yg tidak sebahasa dg kita. Menurut saya itu hal yg sangat menarik, krn klo kita disini, ngomong inggrisnya masih ragu, masih merasa boleh salah, masih bs berbahasa indonesia, masih setengah-setengah, tapi kalo kita di luar negeri, mau ngga mau, bisa ngga bisa, ya kita harus 100% pakai english dong, krn lawan bicara kita ngga akan ngerti kalo kita pakai bhs indonesia. Bagi saya itu tantangan yg mempesona. 

Selain perbedaan bahasa, perbedaan budaya juga menjadi alasan kuat saya ingin ke luar negeri. Budaya tak melulu tentang kesenian ya. Saya sangat tertarik dan ingin melihat langsung budaya antri mereka, budaya ontime, cara berkomunikasi dg org, cara memperlakukan org lain. Dan saya dengar sejak dulu bahwa Singapura terkenal buersih. Saya ingin buktikan seberapa bersih singapura πŸ˜…

Oke, setelah saya baca email, saya langsung kasih tau ke sahabat saya, ewol. Saya ajak dia, mau ngga klo kita ikutan acara ini bareng, saya membayangkan ke luar negeri bareng sahabat, lebih membahagiakan dr pd pergi sendiri, kan? Sahabat saya terlihat ragu. Dan benar. Ia merespon dg pertanyaan, uangnya dpt dr mana? Jengjengg... Hmmm... Saya jawab dg senyum 😊😊 nanti pasti Allah kasih jalan. Sahabat saya balas dg senyum kecut πŸ˜…πŸ˜…

Ternyata saya serius dg keinginan saya. Ini yg membawa saya juga serius memikirkan dapat dr mana uang buat bayar ya, mana ngajak anak orang lagi. Biaya per orgnya sekitar 4,5 juta. Itu belum tiket pesawat. Kalo ditotal, untuk bisa ikut beserta akomodasi transportasi, totalnya buat 2 org mencapai 12juta. What? 12 juta ke Singapura? Yaaa bahkan saya belum pernah tau wujud uang 12 juta sebanyak dan seperti apa. Apa saya menyerah???
No, tidak ada kata menyerah dalam hidup saya, asik πŸ˜…

Hmm.. Saya bolak balik logika saya. Saya manfaatkan betul otak saya. Gimana cari jalan keluarnya. Dan saya ingat, ada kakak tingkat (kating) di asrama yg pernah sharing ke saya tntg perjuangannya ke Malaysia, termasuk perjuangan mencari dana. 

This! Sering-sering lah ngobrol atau diskusi dg teman, senior, ataupun junior kita. Kita ngga akan pernah tau, dari percakapan itu ada yg bs bermanfaat di hidup kita/ hidup org lain, meski ngga sekarang, barangkali suatu saat nanti 😊

Saya datengi kating saya, saya tanyakan lagi secara detail bagaimana proses mencari dana, mulai permohonan dana di kampus, ke lembaga pemerintah atau swasta, tempat minjem uang dsb smpai akhirnya saya tutup dg minta proposal hehe sbg gambaran bagaimana proposal mencari dana itu. 

Apa ini disebut mengemis? No. Lalu?
Hampir setiap kampus memiliki anggaran bagi mahasiswanya untuk kegiatan akademis baik di dlm negeri ataupun luar negeri, pun dg lembaga pemerintah ataupun swasta yg juga punya anggaran pendidikan ataupun melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR). Nah dana-dana itu bisa tersalurkan salah satunya ketika ada pihak misalnya mahasiswa yg mengajukan permohonan dana, asal kepentingannya jelas, rincian anggaran bisa dipertanggungjawabkan, maka bisa dan sah-sah saja kita menggunakan dana ini. Begitu teman . . .

Lanjut yaa,

Oke kita berdua langsung gercep menyusun rencana dan strategi. Mulai merencanakan pengajuan proposal ke kampus (melalui rektorat dan fakultas), ke pemerintah (melalui pemkot surabaya dan pemprov jatim), ke swasta (melalui perusahaan, ataupun lembaga pengelola dana). 

Nah yang kadang bikin ciut semangat para mahasiswa adalah, kita dikasih deadline pembayaran DP yang singkat, pdhl keberangkatan masih lama. Ini juga yg jd permasalahan kita. Kita diharuskan bayar dp 2,5 jt/org artinya kita berdua harus setor 5 jt di awal. Hmm, mental saya mulai nyiut juga, pun dg sahabat saya. Dapat dr mana uang 5jt nya. Bahkan klo kita kumpulin uang jajan kita bulan ini dan bulan depan juga ngga akan cukup wkwkw. 

Kita tak gentar menghadapi kesulitan ini. Kita putuskan untuk pinjam uang dulu ke orang lain juga saudara kita. Di sini kita mesti pintar meyakinkan dan melobi krn sulit mncari org yg percaya mahasiswa bisa ngembaliin utang 5 jt wkwk. Kita yakinkan bahwa uang mereka akan kembali jika dana sudah cair (meski kami pun juga tdk bs memastikan saat itu). Nekat banget ya? Memanggg.... Hidup memang perlu nekat cuy wkwk

Oke, kita mulai serius mencetak proposal, menentukan tujuan dsb, dan kita sudah memiliki prediksi jumlah uang yg berpotensi kita dptkan dr bbrapa sumber. Dan kita yakin uang yg kita peroleh cukup buat nutup kebutuhan kita. 

Jadilah kita mengajukan permohonan dana ke rektorat, ke fakultas, ke pemkot surabaya, ke pemprov jatim, ke perusahaan swasta, ke lembaga pengelola dana dll. Alhamdulillah ada yg di awal memberi kepastian dana, yaitu rektorat dan fakultas😊

Btw, itu semua kita lakukan di sela-sela kesibukan kuliah dan organisasi. Susah ngga? Ya cukup susah, jd kita mesti menyisihkan waktu kita, krn ndak mudah ngurus birokrasi spt ini, makanya kita harus tanya ke yg berpengalaman, misal format proposal yg diminta spt apa, ttd siapa saja yg dibutuhkan, sop nya spti apa, birokrasi memang cukup rumit, ga bs asal-asalan, jd semangat ga boleh kendor. Bnyak yg menyerah atau malas ikut beginian krn ngga mau berurusan dg birokrasi. Tapi bagi yg telaten, insyaallah akan dapat buah manisnya 😊

Balik lagi ya, kita senang krn proposal kita dicc/disetujui, tapii masih ada masalah..
Apa tuh?

Ya, masalahnya tdk semua dana yg disetujui bisa cair di awal/ sebelum keberangkatan, sedangkan bbrp hari/minggu sebelum keberangkatan semua pembayaran harus dilunasi.

Saat deadline semakin dekat, uang kita belum cukup krn yg cair baru 1 juta. 1 juta? Ya, benar 1 juta. Krn sebagian yg diacc bisa cair setelah kita mengumpulkan laporan pertanggungjawaban (lpj) artinya setelah kegiatan selesai.  Dan sebagian lagi belum ada kabar. Ya allah, susahnya. Apa kita menyerah? Tidak ada pilihan menyerah pd saat itu, krn dp 5 jt udh dibayar, dan itu uang orang wkwkwk. Jadi pilihan hanya satu, maju terus.  

Kalian yakin akan dpt dana dan bisa bayar utang?
Yaaa, kita yakinnnn krn kita sudah berusaha dan kita minta bantuanNya. Jadi kami yakin, Dia akan bantu. Sekali lagi, krn kita yakin Dia akan bantu. Kita akui kita lelah secara fisik, mental, dan fikiran. Saya akui, ketika saya mengajak sahabat saya ikut serta, di saat itu saya sadar uang yg harus dibayarkan besarnya 2 kali lipat, begitu juga dg usaha saya. Tapi kenapa saya mengambil pilihan itu? Karna saya tau, dlm proses perjalanannya tdk akan mudah , saya butuh penyemangat. Ketika berhasil, saya ndak akan bahagia sendiri dan membiarkan sahabat saya melihat saya bahagia, tp saya memilih untuk bisa bahagia bersama. This is what we call as a friendship! 

Dan, kami memutuskan pinjam uang lagi untuk melunasi pembayaran program. Alhamdulillah, ada yg percaya ke kita wkwkw. Oke masalah selesai (sementara). Ada masalah baru lagi. Kita butuh tiket pesawat. Kita harus segera beli krn semakin dekat dg hari H, tiket pesawat harganya semakin mahal, kan? Punya uang? Ya jelas engga. Dari mana uangnya? Sudah pasti pinjam lagi. Hmmm ngelus dodo rek..
Dan alhamdulillah lagi masih ada yg percaya dg kita, ehehe. Tiket pesawat pun terbeli. Alhamdulillah. Masalah selesai (sementara).
Masih ada lagi? Oh sabar, masih ada ehehe

H-7 keberangkatan, dana yg sudah diacc wktu itu masih 6 jt, dan yg sudah cair masih 1 jt. Estimasi total 12-13 jt, trgntung harga tiket pesawat. Dan syukur kita masih dpt harga tiket pesawat< 1jt sekali jalan. Pdhl kita udh pinjam duit 12 jt (9 jt buat program, sisanya tiket pesawat pp). Jd kita kurang uang brp? Ya, betul 6 jt. Dari mana uangnya?? Saya jawab, dari Tuhan uangnya. Pasti ada jalan, sabarrr.... 

Saat itu kita ada pada level pasrah sepasrah-pasrahnya. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin, istilahnya klo org jawa bilang smpek notok jedok. 

Teman, kadang pertolongan Tuhan datang di saat kita bener-bener merasa lemah tak berdaya di hadapan kebesaran kemampuan Tuhan. 

Di hari itu, kita dapat telfon, dari pihak yg sangat kita tunggu telfonnya sejak lama. Puji syukur, rencana kita tepat sasaran. Kita dapat dana 5 jt dr pemerintah kota surabaya. Ya allah, masyaallah. Hmm.. Alhamdulillah, bisa ganti uang orang eheheh.


Eit, tp masih ada 1 jt lg. Uang orang juga ini. Wkwk. Kita masih kepikiran, tapi setidaknya kita bs bernafas lega, krn misal kita ngga dapat, kita udh berencana buat ngumpulin uang jajan kita sembari cari kerja wkwkwk.

Tahukah kalian, smpai hari H belum ada pihak yg memberi kabar persetujuan permohonan dana lagi.  Kita semakin pasrah. 
Dan lagi, di saat kita menyerahkan semuanya ke Tuhan, di saat itulah pertolonganNya datang. 

Telfon berdering saat perjalanan menuju bandara juanda. Telfon dr nomer tak dikenal. Saya dan ewol saling lirik-lirikan sambil senyum, kita amat berhusnudzon bhwa ini nomer pihak yg kita ajukan dana.
"Halo, saya dr PT S**R ingin memberitahukan bahwa permohonan dana anda disetujui, dan kami hanya bisa membantu sebesar 1 juta rupiah untuk kegiatan yg anda ajukan".

Allahu akbar, jumlah yg pas dg jumlah hutang kita. You know this! Tuhan akan membalas proses kita, sekecil apapun itu. 
Kita pulang kuliah naik motor berdua di bawah menyengatnya matahari surabaya yg panasnya udh terkenal seantero jawa. Kita motoran keliling surabaya di siang bolong , pulang-pulang udh sore, selama bbrpa hari Banyak tempat yg kita datangi, banyak pula yg tak memberi jawaban pasti. Hari itu, menjadi hari yg bersejarah buat kita berdua. Hari itu pertama kalinya kita berdua menginjakkan kaki di luar negeri bersama, dan untuk pertama kalinya saya tau ternyata awan tak menempel di langit 😊😊

Alhamdulillah, hutang pun lunas. Kita jd ke luar negeri bersama. Kita belajar banyak kpd negeri tetangga. Tentang kedisiplinan orangnya, tntg kebersihan dan kerapian tempatnya, tentang optimisme bapak lee kwuan yu dlm membangun singapura. Kita belajar budaya meritokrasi (siapa yg kerja keras dan punya skill, tak memandang usia, suku, ras, agama, sanak saudara atau bukan, ia pantas mendapat apresiasi atas usahanya), dan banyak hal lain yg membekas di hati dan hidup kita. 

Foto di Marina Bay Sands, Garden By the Bay Singapore
Marinya Sands Bay, Singapura


Saya tekankan ke sahabat saya, bahwa kita berada di sini (Singapura) dg biaya masyarakat. Oleh karenanya, niatkan ini semua untuk kebaikan masyarakat. Caranya? Belajar sebanyak mungkin apa yg bisa kita pelajari di sini, bila kita belum bisa memberi sesuatu kepada masyarakat, paling tidak kita berbagi kebaikan dg berbuat baik kpd mereka.

Universal Studio Singapore
Universal Studio, Singapura

Hmmm..
Capek juga saya ngetik ini malem-malem.
Ini adalah sepenggal kisah hidup yg amat membekas di hati saya. Banyak kebaikan dan kebahagiaan yg saya peroleh, juga pelajaran hidup yg menjadi bekal untuk menghadapi episode-episode kehidupan selanjutnya.
Memang, ke singapura bisa menjadi hal biasa dan mudah bagi sebagian orang. Tapi bagi sebagian lainnya, ke singapura menjadi kisah perjalanan hidup yang penuh makna.

National University of Singapore (NUS)
National University of Singapore (NUS)


Sekian sharing saya kali ini..
Terimakasih banyak kpd pihak yg telah membantu dan menguatkan saya,
Terimakasih teman-teman telah membaca kisah ini,
Semoga ada nilai baik yg membekas di hatimu dan berguna di hidupmu,

Sampai jumpa di CoretanHam selanjutnyaaa ... 😊





Menggapai Impian ke Jepang

Bisakah Mahasiswa menggapai impian ke Jepang tanpa biaya sendiri?

I say Yes! Asal punya mimpi, kemauan, dan sedikit kenekatan :)

Temen-temen. Saya bingung mau mulai cerita dari mana.

Oke, saya cerita awal mula kenapa saya pengen ke Jepang. Saat itu, saya masih SMP atau baru masuk Madrasah Aliyah ya. Saat itu adalah masa-masa awal kakak saya melanjutkan Studi Master di Jepang. Sejak kuliah di Jepang, kakak saya sering menelepon saya, untuk sekedar tanya kabar, gimana sekolah sampai akhirnya merembet diskusi ke topik yang lebih serius yakni tentang budaya orang Jepang, karakter masyarakat di sana, pengelolaan sampah dsb. Semakin intensif kita berkomunikasi via telfon, semakin banyak informasi yang saya peroleh tentang Jepang. Informasi yang akhirnya menuntun imajinasi liar saya untuk bermimpi ke Jepang. Negeri ini begitu asing di telinga saya, terasa begitu jauh, mulanya, Tapi, melihat bagaimana kakak saya bisa studi di sana, Jepang terasa begitu dekat, impian pergi ke sana begitu nyata bagi saya yang waktu itu masih sekolah.

Sejak saat itu,saya bermimpi dan bertekad bahwa suatu saat saya harus bisa ke Jepang. Entah bagaimana caranya ya Allah. Saya niatkan mimpi saya ke sana untuk belajar. Belajar bukan berarti harus di kelas. Belajar melalui observasi lingkungan sekitar, memperhatikan perilaku orang-orang, dan sebenarnya niat utama saya adalah saya ingin sekali mengunjungi kakak saya. Saya membayangkan betapa senangnya kakak saya yg jauh di sana bisa dikunjungi anggota keluarganya.

Impian itu saya tanam di hati, saya sampaikan ke Tuhan juga saya rawat biar mimpinya ngga ilang.

Datanglah masa perkuliahan. Tentu saya masih ingat dg mimpi saya. Sampai akhirnya datanglah a hope, angin segar bagi mimpi saya, ketika di tahun pertama saya kuliah, saya melihat ada 3 kakak tingkat (kating) saya yang berangkat ke Jepang untuk workshop atau apa ya saya kurang mengerti pd saat itu. Ini artinya, kalau kating saya bisa, berarti ada jalan buat saya untuk ke sana, tapi bagaimana caranya?

Sejak saat itu, saya yg notabenenya masih maba sudah sibuk mencari informasi gimana ceritanya 3 kating saya bisa berangkat ke Jepang. Saya gali informasi ke temen-temen dan juga kating. Akhirnya dapet info kalau mereka ke Jepang atas rekomendasi dari salah satu dosen saya yang punya relasi dengan universitas di Jepang. Sejak saat itu, saya cari informasi tentang dosen tersebut, peminatannya, proyek-proyeknya, anak proyeknya, sampai bagaimana pola kerjanya. Tentu saya cari informasi ke temen-temen dan kating.

This! Kating adalah orang yang harus kalian kenal sejak kalian maba, krn mereka adalah sumber informasi penting yang bs membantu kita. 

Dan syukurlah saya tau, bahwa bidang yang digeluti dosen saya ini cocok dengan bidang yang saya sukai. Di tahun berikutnya, ada 3 kating yg kembali diberangkatkan ke Jepang oleh dosen yang sama. Dan beruntungnya, satu dari tiga orang tersebut saya kenal dekat, karena beliaunya adalah kepala divisi saya di mana saya berorganisasi. Karena kita dekat dan sering ngobrol, saya jadi banyak mendapat informasi tntg bagaimana cara dpt kesempatan pergi ke Jepang. Hamdalah. Semakin banyak info yg saya dapat, impian saya terasa semakin dekat.

Ternyata setiap tahun dosen saya selalu memberangkatkan mahasiswanya lebih tepatnya anak proyeknya ke Jepang dari angkatan yang berbeda. Di tahun saya masuk kuliah (2015) angkatan 2012 yg berangkat. Tahun 2016 gantian angkatan 2013 yg berangkat, jd Tahun 2018 yang akan berangkat adl anak proyek angkatan 2015. Ya, ini kesempatan saya. Setidaknya itu yang saya pikirkan setelah ngobrol dg kating.

Langkah pertama adalah bagaimana bergabung menjadi anak proyek dr dosen tersebut. Alhamdulillah, jalan terbuka ketika dosen saya membuka rekrutmen anak proyek dan syukur saya ketrima. Singkat cerita, pada Tahun 2017 dibuka seleksi Program Exchange ke Jepang. Nama Programnya adalah Japan Sakura Exchange. Program ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang direkomendasikan dosen dari Universitas yang bekerja sama dengan University of Kitakyushu. Program ini dilaksanakan setiap Bulan Januari atau Februari, tapi seleksi sudah dimulai sejak 6 bulan sebelumnya. Jadi, saya mendaftar untuk mengikuti seleksi Program Sakura 2018. Pada saat itu open recruitment (oprec) tidak hanya diperuntukkan bagi anak proyek saja, tapi juga non proyek. Banyak persyaratan yang harus saya penuhi, mulai essay, motivation letter, Nilai tes bahasa inggris (ELPT) minimal 450, paspor, dan juga interview dg dosen menggunakan bahasa inggris tntg motivasi ke Jepang.

Btw teman, kalau kalian punya cita-cita ke luar negeri, yang harus kalian lakukan pertama kali adalah bikin paspor. Ini sangatt penting, jangan nunggu ada event baru bikin paspor. Ini kesalahan besar. Karena ketika ndak punya paspor, setiap ada kesempatan pertukaran pelajar atau apapun itu eventnya dan kalian menyadari bahwa kalian ngga punya paspor, saya hampir bisa pastikan nyali untuk ikut program langsung ciut dan endingnya batal ga jadi ikut. So, bikin paspor adalah hal pertama dan utama. Setelahnya, pastikan kalian punya skor tes bahasa inggris yang bagus krn ini biasanya syarat kedua setelah paspor. Oke, cukup untuk tipsnya, kita kembali ke cerita ya ehehehe..


Pengumpulan berkas seingat saya pada Bulan Agustus 2017. Lama saya menunggu tidak ada kabar sampai akhirnya saya dapat kabar dari kawan saya yg juga anak proyek dosen kalau doi yang kepilih. Saat itu Desember 2017. Saya tau dia merasa sangat tidak enak ke saya krn kita berharap kita berdua bisa berangkat bersama, tapi ternyata hanya satu yg bisa berangkat. Saya tidak kecewa dg teman saya, tetapi saya cukup kecewa dg dosen saya kenapa beliau tidak menyampaikan langsung pengumuman seleksi dan meminta kawan saya yang mengumumkan.

Apa yang saya rasakan saat itu?

Dibilang kecewa, sepertinya kurang pas ya karena sebenarnya saya terbiasa dengan kegagalan di hidup saya. Tapi sedih, iya lah, manusiawi to? Tapi, dari kegagalan-kegagalan itu, saya jd bisa belajar untuk bersyukur di kegagalan selanjutnya yang saya ngga pernah tau. Pun dengan yg saya lakukan pd saat itu. Saya bersyukur karena saya diberi “pelajaran” oleh Tuhan. So, life must go on J

Awal Februari 2018, saya kaget ada pesan wa masuk dari dosen saya. “Hamida, saya minta maaf karena kemarin saya belum sempat menyampaikan kalau yang ketrima sakura program si A (nama kawan saya), Apa kamu mau jika saya tawarkan program Research Exchange ke Taiwan untuk bulan maret ini?”
Saya sangat kaget juga seneng banget mendengar kabar ini. Tanpa pikir panjang saya iyakan tawaran tersebut. Karena pd saat itu seingat saya program ini dibiayai fakultas, jd mungkin saya ngga perlu mikirin biaya lagi. Juga, topikriset yang cocok dengan minat saya, yaitu limbah padat. Beberapa permintaan dosen terkait pencarian literature review tntg materi riset sudah saya lakukan. Saya pun juga telah riset bagaimana hidup di Taiwan, cara bergaul, bahasa komunikasi, cara menggunakan transportasi dsb.

Bulan yg saya tunggu-tunggu datang. Pertengahan Maret 2018  yang sebelumnya dijadwalkan keberangkatan saya ke Taiwan ternyata ada kabar bahwa saya belum bisa berangkat, karena pd saat itu sudah pertengahan semester, jadi tidak bisa memotong perkuliahan. Jadi keberangkatan ditunda semester depan. Hmm.. sabarr...

Bulan-bulan selanjutnya lewat begitu saja tanpa ada kabar tentang program ini. Saya terus menunggu dan sampailah pada bulan Agustus 2018 di mana rekrutmen Program Sakura 2019 dibuka. Saya sempat ragu untuk mendaftar kembali, karena saya takut gimana kalau waktunya nanti barengan sama program ke Taiwan? Tapi saya masih berharap bisa pergi Jepang. Dan sebetulnya saya juga menunggu datangnya seleksi program ini selama setengah tahun terakhir. Saya berpikir berulang kali. Ketidakpastian keberangkatan saya ke Taiwan meyakinkan saya untuk mendaftar kembali program sakura exchange. Mimpi saya ke Jepang kembali membara.

Kabar dibukanya program sakura exchange 2019 saya terima dari kawan saya yg dulunya berangkat ke jepang. Saat itu posisi saya sedang di rumah (krn libur semester), tidak membawa laptop, tidak memiliki paket internet. Kawan saya coba menelepon saya dan mengirim sms. Hamdalah trimakasih saya sampaikan ke kawan saya ini. Dalam sms tersebut saya diberitahu bahwa syarat-syarat harus dikumpulkan kurang dari 24 jam via email. Saya kaget dan gupuh. Riweh banget waktu itu, mulai cari pinjaman laptop, beli paket internet, bikin essay, lalalalaaa smpai akhirnya Alhamdulillah berkas bisa saya kumpulkan tepat waktu. Dosen saya sangat disiplin. Di program exchange tahun sebelumnya, ada kawan saya yg telat mengumpulkan berkas dan langsung didiskualifikasi. So, ontime itu penting ya temannnn… (Saya juga lagi bilangin diri sendiri J)

Keesokan malamnya, saya dapat kabar dr adek tingkat saya yg juga ikut seleksi, si B, kalau berkas kita perlu diperbaiki. Deadlinnya adalah jam 3 pagi wwkwkkkwk. Kita ngumpat di dlm hati kita masing2 :”
Dan kita tinggal menunggu hasil.

Sekitar Bulan September 2018, saya dapat kabar dr teman seangkatan kalau awal Nopember 10 anak akan diberangkatkan ke Taiwan yg ternyata ini adalah program yang  sama dg yg saya tunggu kepastiannya sejak februari lalu. Saya diajak bergabung untuk berangkat exchange ke Taiwan. You know what I feel?

Saya bingung pakai banget. Tawaran teman saya ngga langsung saya iyakan, karena tawaran ini datang dari dosen yang berbeda dg dosen yg pertama kali mengajak saya. Lah emang ngefek?
Iya ngefek banget. Karena tiap dosen bisa jadi punya peminatan yang berbeda. Dosen pertama yg mengajak saya peminatannya di limbah padat, jd riset yg ditawarkan pd saat itu terkait limbah padat, bidang yang saya suka. Sedangkan dosen kedua yg mengajak peminatannya lebih fokus ke limbah cair, jadi topik riset sudah bergeser. Di saat yang sama saya juga telah mendaftar Sakura Program, meski belum pasti lolos, tapi setidaknya ada kepastian bahwa saya punya peluang untuk lolos, kan?

Pertimbangan lain yang saya pikirkan adalah biaya program. Exchange ke Taiwan durasinya 3-4 bulan, sedangkan ke Jepang hanya 8-10 hari saja. Pada saat itu belum ada kejelasan yang saya terima bagaimana pembiayaan program exchange ke Taiwan, tntg akomodasi, biaya riset, living cost. Berbeda dengan sakura program yang merupakan fully funded program karena semua biayanya ditanggung Pemerintah Jepang.  Tentu ini pertimbangan yang sangat berat buat saya karena saya tidak punya biaya jika kemudian harus menanggungnya sendiri. Jadi kira-kira posisi saat itu begini, Kepastian berangkat ke Taiwan lebih jelas, tapi belum pasti biayanya, kepastian berangkat ke jepang belum jelas, tapi jalau ketrima jelas pembiayaannya J bingung ngga tuh hahhaaa

Waktu terus berjalan, pun dengan kebimbangan saya. Keberangkatan ke Taiwan sudah di depan mata, dan saya belum juga membuat keputusan. Pengumuman sakura juga tak ada kabar sama sekali. Saya berdiskusi dengan dosen saya, dengan sahabat, keluarga, dan akhirnya dengan berserah kepada Tuhan saya memutuskan untuk mengikhlaskan tawaran exchange ke Taiwan dan yakin menunggu pengumuman sakura program. Ada yg pernah bertanya ke saya, seyakin apa kamu pada saat itu sehingga memilih hal yang tidak psti dr pd yg pasti di dpn mata? Saya jawab, seyakin hati saya trhdp keputusan Tuhan yg jauh lebih baik dr rencana saya. Saya ikhlas lillahi ta’ala dg apapun yang akan Tuhan kasih ke saya, jika memang saya tidak terpilih sakura program, saat itu juga saya sudah merelakannya.

Hanya beberapa hari setelah itu, saya menerima kabar bahwa bukan saya yang ketrima Program Sakura, tapi adek tingkat saya, ya si B. 
Saya, kecewa dan menyesal? Tidak sama sekali, spt yg pernah saya sampaikan, bahwa saya sgt yakin dg kebaikan keputusan Tuhan. Tapi di hari yang sama, adek tingkat saya yang kepilih program sakura menelfon saya. “Mbak, jadinya mbak yang berangkat ke Jepang ya, aku jadinya berangkat ke Taiwan”. 

Entah apa yang terjadi pada hari itu. Entah apa yang Tuhan lakukan pada hari itu. Dan entah bagaimana hati seseorang bisa berubah secepat itu. Saya ngga ngerti dg peristiwa pada hari itu yang semuanya di luar nalar saya. Apa yang jelas saya pahami dan yakini adalah, semua bisa terjadi atas kehendak Tuhan. Apa yang terjadi di belakang saya, saya tidak tau, yang jelas pada hari itu Tuhan menjawab keyakinan saya atas keputusanNya. 

Hamdalah. Segala puji hanya bagiMu ya rabb. Saya bersyukur, saya dianugerahkan keyakinan yang amat sangat akan kuasaNya. Ini yang membuat saya tidak keberatan jika harus gagal. Kenapa keberatan? Lha wong kita juga ga akan pernah tau apa yang akan Tuhan kasih ke kita. Siapa tau kegagalanmu adalah jalan utama menuju kesuksesanmu. Namanya juga jalan utama, ya mesti ditempuh, kalau engga ya mana bisa kamu sampai di kesuksesanmu? Ya nggaa….
Semangat donggg,,

Alhamdulillah, pada tanggal 6 Januari 2019, untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Negeri Sakura, tepatnya di Narita Airport, tempat yang sering saya kunjungi saat bermain monopoli J


Meal Japan Airline (JAL)
ini meal yang dikasih dari maskapai Japan Air Line (JAL) 


5 Tahun menanti datangnya kesempatan, 2 tahun berjuang sembari menanti adanya keputusan lengkap dengan lika-liku yang menyisakan nilai-nilai kehidupan. Coba perhatikan berapa tahun saya harus bersabar sampai mmpi saya tercapai. Ini menandakan bahwa kita harus sabar terhadap proses yang kita lakukan. Tuhan tau kapan saat yang pas, yang terbaik. Andai saya menyerah di tengah jalan, tentu saya ngga akan sampai di garis finish. Jadi, kalau keinginanmu ngga kesampaian sampai sekarang, yaa bukan berarti ngga bisa, barangkali belum, barangkali sebentar lagi atau barangkali akan dikasih sesuatu lain yang lebih baik. Yang sabar yaaa… J

Mejiko Harbour Japan
Foto bersama di mejiko harbour 


Penantian panjang saya telah berbuah manis. Hamdalah. Penantianmu juga akan berbuah manis kalau kamu mau bermimpi, merawat mimpi itu agar terus hidup, mengontrol kapan mimpi itu harus membara, dan kamu buktikan ke Tuhan lewat perjuanganmu. Karena saya memperhatikan pola kerja Tuhan, ia akan memberi balasan terhadap segala proses yang telah kita lakukan, sekecil apapun proses itu J Percayalah! Sya bilang balasan ya, bisa jadi sesuai keinginan kita, bisa jadi endak, bisa jadi jauh lebih besar dari apa yang kita harapkan. Bener loh..
Ayooo semangatt kejar mimpiiiii…..!!!!!!!!!!
Mumpung masih hidup J



Trimakasih banyak untuk orang-orang yang sudah membantu dan menguatkan saya. Terimakasih juga teman-teman telah membaca kisah saya. Semoga ada nilai baik yang menetap di hatimu J

Sampai jumpa di CoretanHam berikutnya yaa…..

#CoretanHam
#Let'sInspire