Friday, June 5, 2020

Ini Balada Skripsiku, Yakin ngga pengen tau?

Skripsi adalah momen yang luar biasa dalam hidup saya. Dan juga menjadi masa-masa terberat dalam dunia perkuliahan yang saya jalani. Masa sih?

Iya bener. Bener-bener skripsi bukan hanya tentang menulis karya ilmiah, tetapi juga bagaimana belajar menata hati, menahan emosi, percaya diri, yakin dengan keputusan ilahi, cara berkomunikasi dan masih banyak lagi. Lengkapnya, ini baladaku tentang skripsi . . .

Sejak awal kuliah saya tidak terlalu akrab dengan yang namanya karya ilmiah. Mulai sedikit tertarik ketika ada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), itupun karena diajak temen. Karena gaes, bikin karya ilmiah itu ndak gampang cuy..

Mulai Riset tentang teorinya, trus cari metode ilmiahnya, trus eksprimen, nulis laporan hasilnya, itu rentetan yang umumnya dijalani untuk bikin karya ilmiah. Diperlukan kesabaran dalam membaca, mencari referensi yang dibutuhkan, membuat percobaan, menuangkan laporan dalam bentuk tulisan. Ya, karena banyak proses tersebut saya menjadi kurang berminat.

Sampai pada setengah perjalanan kuliah, saya masih ngawang sekali bagaimana proses perskripsian itu, meskipun pemandangan yang selalu saya lihat tetap sama, banyak kakak tingkat (kating) yang antri di depan ruang dosen.

Sampai akhirnya di semester 7 ada mata kuliah proposal skripsi. Saya dituntut untuk segera mencari judul penelitian, mencari dosen pembimbing, dan mencari inspirasi ke ruang baca lewat skripsi2 kating sebelumnya.

Saat semester 7, ada mata kuliah sebelumnya yang harus kembali saya ambil, yaitu Program Kerja Lapangan (PKL), karena laporan saya belum dicc/disetujui jadi hasil laporannya belum bisa disidangkan ke dosen pembimbing, so harus ngambil (lagi)matkul tersebut. Nah, karena sejak awal saya minat ke bidang Manajemen Limbah Padat, maka sejak PKL saya ambil topik ini. Pas bener bidang yang saya sukai diampu oleh dosen senior yang banyak dikenal killer di kalangan mahasiswa. Selain itu, beliau juga menerapkan kedisiplinan serta standar penilaian yang juga tinggi. Ada lagi, kesibukan yang luar biasa dan hal-hal yang saya sebutkan sebelumnya membuat banyak mahasiswa memilih opsi lain (memilih topik selain limbah padat), selain juga mungkin bidang limbah padat bukan yang mereka minati.

Nah sejak masa PKL tersebut saya mulai mengetahui pola kerja dosen tersebut. Laporan yang tidak boleh ditulis asal-asalan, rujukan ilmiah yang harus betul-betul bisa dipertanggungjawabkan, waktu luang yang tidak banyak, tidak mudah memberi acc terhadap laporan yang mahasiswa kumpulkan,  mempertanyakan penguasaan terhadap teori2, dan memberi pressure untuk menguji mental mahasiswa, dsb.

Karena itulah, saya menjadi bimbang. Memilih jalan yang tidak mudah tapi mengerjakan apa yang saya sukai, atau memilih opsi lain yang berpotensi memiliki jalan lebih mudah tetapi bidang yang akan saya kerjakan tidak terlalu saya suka. Molornya PKL yang harusnya selesai di semster 6 (layaknya teman2 saya lainnya) menjadi bukti dan bahan pertimbangan saya, betapa jalan yang harus ditempuh tidak akan mudah jika saya memilih bidang yang saya minati, karena sejatinya PKL adalah media berlatih sebelum menginjak dunia perskripsian.

Dan, akhirnya saya memutuskan untuk kembali memilih dosen X (pembimbing PKL saya) untuk menjadi pembimbing skripsi saya. Artinya, saya memilih untuk melakukan hal yang saya suka, dan juga saya yakin mampu menjalaninya, dengan segala resiko dan rintangan di depan yang siap saya hadapi.

Dosen saya menerima saya sebagai mahasiswa bimbingnya. Hamdalah. Ini artinya, saya siap dan pasrah atas segala didikan yang akan saya terima melalui perskripsian ini.

Pertama kali saya mengajukan judul, saya membawa draft proposal, yang isinya kerangka penelitian. Saya jelaskan ke dosen bagaimana saya akan menjalankan penelitian yg saya ajukan. Dosen saya memang menyimak, tetapi beliau scrolling hp, dan tepat setelah saya menjelaskan kerangka skripsi, beliau menyodorkan hpnya ke saya, " Kenapa kamu ngga ambil topik skripsi ini aja?"

Saya, tercengang. Beliau yang sedari tadi sibuk scrolling hp ternyata sedang mencari artikel tentang Suroboyo Bus. "Apa yang kamu jelaskan adalah topik yang sering dan sudah banyak dibahas katingmu, ngapain kamu ambil itu, kamu harus punya penelitian yang berbeda, agar kamu juga punya penemuan baru dan orang bisa mengenal kamu karena kamu melakukan penelitian tentang topik yang sangat baru, yang bahkan mungkin belum ada orang yang melakukannya.".

Saya, termangu.

"Baik Bu, akan saya coba".
"Tapi, gimana caranya bu? saya sama sekali ngga punya gambaran tentang topik ini"
"Kalau saya kasih tau, itu namanya saya yang mengerjakan skripsi"
 Plak. Saya menelan ludah dan memaksakan melebarkan senyuman saya
"Baik bu, akan saya coba"
"Oke, kalau sudah siap dengan bahannya (bab 1,2,3), nanti kesini lagi"
Baik, Bu.

Keluar ruangan, dunia terasa gelap, meski siang itu sangat terang.
Saya menghela nafas panjang, mulai berfikir serius bagaimana saya bisa melakukan penelitian ini, sedangkan tidak ada satupun rujukan penelitian tentang topik yg sama sebelumnya. Jangankan rujukan hasil penelitian, rujukan berupa informasi saja saya tidak tau ada atau ngga.

Saya pun mulai mengerahkan segala tenaga untuk melawan kemalasan. Bersabar dan tetap fokus dalam mencari literatur, meraba metoda apa yang akan dipakai, menggali lebih dalam data-data terkait Suroboyo Bus yang menjadi latar belakang penelitian.

Semester 7 adalah semester paling berat secara bobot akademis. Karena di semester inilah, saya mendapat 2 tugas besar. Apa itu tugas besar?

Dalam jurusan teknik, umumnya kita punya tugas besar, yaitu tugas yang masa pengerjaannya selama satu semester, bisa kelompok bisa juga per individu. Jadi, di matkul yang ada tugas besar, dalam satu semester tersebut hanya ada tugas besar yang diberikan, tidak ada tugas lain karena memang tidak mudah tugas yang harus dikerjakan. Misalnya di jurusan saya, waktu itu saya memeiliki 2 tugas besar,yaitu membuat perencanaan bangunan pengolahan air minum dan perencanaan bangunan pengolahan air limbah. Tugas yang begitu rumit, banyak step-step yang harus dijalani, full perhitungan. Tidak akan bisa mengerjakan tugas semacam ini dengan sks, jadi setiap hari harus dicicil smpai satu semster. Karena tugas besar itulah, hanya sebagian kecil malam hari yang saya gunakan tidur. Hampir setiap hari saya begadang sampai subuh, atau bahkan sampai pagi. Banyak sekali waktu saya yang tersita. Belum lagi urusan laporan PKL yang tak kunjung diacc.

Karena itulah, rasanya 24 jam waktu yang saya punya tidak cukup saat itu. Beban tugas besar yang saya emban, tidak bisa membuat skripsi dikesampingkan.

Teman-teman. Jika kalian pernah mengerjakan skripsi, kalian tentu merasakan betapa untuk memulai mengerjakan skripsi dibutuhkan effort yang sangat besar, mulai menyingkirkan malas, menemukan ide di tengah keabstrakan penelitian yang akan dilakukan, berusaha fokus dg berfikir seolah-olah tdk ada tugas lain yg harus dikerjakan, sabar mencari literatur yang pas dengan yang dibutuhkan dari sekian banyaknya jurnal.

Ini juga yang saya rasakan.
Setiap saya ingin mengerjakan skripsi, melihat laptop saja nyali saya sudah menciut. Karena skripsi memang penuh keabstrakan. Saya, diliputi kebingungan. Jika penelitian yg akan kita lakukan  topiknya pernah dikerjakan orang lain sebelumnya, akan lebih mudah bagi kita karena ada gambaran kerangka penelitiannya seperti apa.

Lha ini?
Suroboyo Bus saja waktu itu baru beroperasi 6 bulan. Kebijakannya pun, terus berprogress. Jangan harap dapat kerangka penelitian, wong saya ketik di google rata-rata informasi yang saya peroleh sama saja, cara naik Suroboyo Bus, bukan data-data terkait penumpang, sampah ataupun data rapi lainnya yang sekiranya dapat dijadikan referensi.
Di saat yang sama, saya terus kepikiran tugas besar saya, yang meskipun sulit, paling tidak apa yang harus saya kerjakan di tugas besar  lebih jelas, misal mencari persamaan x, menghitung luas bangunan, sesuatu yang bisa dilihat jelas ke mana arahnya. Ini yang menjadikan saya, selalu menunda skripsi, karena pikir saya, 2 jam di depan laptop dengan niat ngerjain skripsi, akan sangat berbeda hasilnya jika 2 jam tersebut saya gunakan mengerjakan tugas besar.

Tapi, yang harus dicatat adalah jika skripsi terus ditunda, maka jiwa malas akan semakin menggerogoti kita dan skripsi justru semakin ngga selesai-selesai.

Jadi, yg saya terapkan waktu itu adalah, saya cari suasana lingkungan yang paling tenang, suasana mood yang lagi baik-baiknya, kondisi badan yang sedang fresh, agar ketika mengerjakan skripsi saya bisa sangat fokus. Kalau udh bludrek dan ngga nemu ide, saya tutup file skripsi, saya buka kembali lembar tugas besar saya :) Begitu trus yang saya lakukan selama satu semester.

Setelah pertemuan pertama yang membahas judul, saya kembali menemui dosen saya, kira-kira satu bulan setelah pertemuan sebelumnya :)
Dan, yang saya terima adalah proposal saya penuh coretan di mana-mana. Latar belakang masih dangkal, literatur kurang, metode belum jelas.
Dosen saya tipikal orang yang sampaikanlah kejujuran meski itu nylekit wkwkw. Kalau beliau bilang seperti itu, saya percaya bahwa tulisan saya memang masih ecek-ecek, belum berbobot, dan masih banyak yang harus saya perbaiki. Saya terima semua yg dosen saya sampaikan, meski mbrebes mili ning njero ati. Down? sedikit. Karena kurang lebih rasanya sama seperti saat saya pertama kali mengumpulkan laporan PKL ke ibunya.

Masalahnya adalah, setelah apa yg beliau sampaikan, saya mencoba mempertanyakan, lalu saya harus bagaimana bu, saya butuh pencerahan. Saya betul-betul butuh sedikit saja gambaran yang bisa memancing imajinasi saya. Bukan Bu X namanya jika di awal menjelaskan semuanya secara detail Saya diajak bermain analogi, mengembangkan imajinasi, menggali segi kreativitas dalam berpikir, dan endingnya, beliau berkata " Perluas sudut pandangmu, coba gali dari berbagai sudut pandang yang ada, supaya kamu bisa menemukan apa yang mesti kamu lakukan", ya kurang lebihnya seperti itu.

Keluar ruangan, bukan hanya dunia yang terasa gelap, masa depan perskripsian saya yang kini terasa semakin suram. Sementara saya kebingungan arah tanpa pegangan dan tujuan, teman-teman saya perlahan sudah mulai sidang proposal. Mental semakin memburuk, ide tak kunjung datang, tugas besar masih jauh dari kata selesai, sidang pkl pun ngga ada kabar. Lengkap sudah ujian hidup ini.Yaa Allah..

Inilah kenapa kuliah penting. Mahasiswa sering sekali terlatih menghadapi lebih dari satu masalah di saat yang bersamaan. Tidak bisa jika harus diselesaikan satu-satu, karena masalah2 tersbut datang di waktu yang sama dan menuntut kita untuk menyelesaikannya bersamaan.Beginilah cara pembentukan mental di dunia perkuliahan. Mau mundur? Sudah terlanjur basah kok..! Ngga ada pilihan lain selain maju teruss!!

Saya pulang dengan lembaran proposal penuh coretan dan miskin pencerahan. Bukanlah diri saya jikalau cepat menyerah dengan keadaan.
Saya coba untuk sedikit mengendorkan waktu untuk mengerjakan tugas besar, agar lebih fokus dalam mengerjakan skripsi. Karena jika semakin lama saya tidak mengumpulkan skripsi, semakin lama pula saya mendapat kesempatan untuk bimbingan ke dosen. Kenapa begitu?
Sudah saya singgung di awal bahwa dosen saya sibuk sekali. Banyak proyek penelitian baik dari kampus maupun luar kampus yang sedang ditangani, rapat, ngajar, bimbing skripsi, dan tugas-tugas lain yang menyita waktu dosen saya. Karenanya, dosen saya membuat peraturan dalam proses bimbingan skripsi, yaitu mahasiswa mengumpulkan revisi ke loker yg disediakan, lalu tinggal menunggu sampai dosen memanggil kita via chat. Jadi kalau saya mengumpulkan hari ini, ndak bisa langsung bimbingan mas bro, antri dulu. Biasanya dulu saya baru bisa bimbingan setelah seminggu mengumpulkan :)

Perlahan tapi pasti, saya coba gali terus ide-ide, saya paksa imajinasi saya, saya perbesar kesabaran saya dalam mencari data, literatur, dan juga kesabaran dalam menuliskan ide yang ada di pikiran. Bimbingan selanjutnya ndak banyak coretan sprti sebelumnya. Hanya saja, apa yang saya tulis belum cukup memuaskan dosen saya. "Ini latar belakangnya masih kurang dalam, metodenya masih kurang detail".

Oke, saya keluar ruangan masih dengan wajah masam.
Tapi,saya bersyukur laporan pkl saya sudah diacc. Ah nikmatnya beban pikiran berkurang satu.
Meski tugas besar masih jauh dari garis finish.

Malam hari saya habiskan untuk begadang, mengerjakan skripsi, lalu mengerjakan tugas besar. Untuk membuat mata saya terjaga, saya hampir selalu sedia kopi. Jika adzan subuh telah berkumandang, saya sudahi begadang saya.  Trus ngga tidur? Pagi biasanya saya mengqadha' tidur saya, lho ngga kuliah?  Saat itu jadwal kuliah di kelas sudah sangat jarang karena hanya tersisa mata kuliah "super" yang masih ada. Malam hari juga saya pilih karena ketenangan yang tidak bisa selalu dirasakan saat siang hari. Karena memang saya tipe orang yang harus fokus saat mengerjakan sesuatu, sementara saya mudah terdistraksi oleh sesuatu, jdi malam menjadi waktu yang pas buat saya mengerjakan tugas.
Siang hari juga saya manfaatkan untuk mengerjakan tugas besar ini. Bener deh ini tugas besar kebawa trus di pikiran saya ke manapun saya pergi. Rasanya saat itu saya berada dalam dunia lain, karena pikiran saya penuh dengan skripsi dan tugas besar, karena tugas besar ini tugas individu, mulai cari dasar teori, cari rumus, ngitung detail, gambar, wih panjang prosesnya, satu tugas besar bisa sampai 100 halaman lo. Itu isinya ngga alfabet semua, tapi juga angka-angka.

Saya kembali menemui dosen saya. Tulisan saya masih banyak yang harus diperbaiki. Begitu terus sampai datanglah masa di mana semester 7 sudah selesai, tetapi proposal saya tak kunjung diacc. Gaes, come on ini proposal ya, belum skripsi beneran wkwkw. Sementara itu, hampir keseluruhan teman2 angkatan saya sudah sidang proposal (Telah disetujui) dan mereka tinggal menunggu nilai.

Saya semakin kepikiran, karena jika proposal saya tidak selesai semester 7, maka di semester 8 saya tidak bisa mengambil mata kuliah skrispi, karena matkul proposal skripsi menjadi syarat untuk bisa mengambil skripsi. Itu artinya kuliah saya bisa molor. Sampai semester 7 bener-bener usai, proposal saya belum juga disetujui. Dan fix kuliah saya molor.

Memasuki awal semester 8, saya kembali menemui dosen saya. Di beberapa bimbingan, saya sempet lose hope karena ngga ngerti lagi dengan pemikiran dosen saya. Karena jujur ya, entah disadari dosen saya atau tidak ada hal yang begitu membingungkan saya. Misalnya begini ya,

 (Pertemuan sebelumnya)
"Kamu tambah materimu tentang A, B,C, untuk memperdalam tulisan kamu"
"Baik, bu"

(Pas ketemu lagi)
"Ngapain kamu tambahkan materi A,B,C, ke tulisan kamu, memangnya kamu mau membahas tentang topik itu"
Saya kaget, dalam hati saya bilang, loh inikan materi yang jelas-jelas ibu minta sendiri untuk ditambahkan. Sesungguhnya ini ngga terjadi sekali, teman-teman. Berkali-kali saya rombak tulisan saya.

Kenapa ngga bilang ke dosen aja?
Kenapa ya, semua teman-teman saya mengakui merasakan ketegangan yang luar biasa saat berhadapan dg beliau, sampai-sampai apa yg ingin disampaikan hanya dibatin saja wkwkw dan ini juga yg saya rasakan. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang. Tidak ada progress yg berarti apalagi kepastian sidang di setiap bimbingan. Padahal untuk bisa bertemu ibunya ndak gampang. Tak jarang saya menunggu dari pagi sampai sore, eh ngga bisa bimbingan. Pernah suatu hari nunggu dari pagi sampai malam sampai ngga ada satupun mahasiswa yang saya liat di fakultas, karena ibunya masih di luar. Tiba-tiba saya dichat kalau bimbingan dicancel :)
Kalau begini terus, sampai kapanpun saya ya ngga sidang-sidang. Sementara itu, teman-teman saya ada yang sudah memulai penelitian.

Saat-saat inilah mental saya terpental dan jatuh. Saya mulai menyadari bahwa saya tidak hanya sedang belajar membuat karya ilmiah yang baik, karena saya merasa sudah mengikuti semua instruksi dosen saya (Sekali lagi, ini perasaan saya ya) tapi saya juga sedang belajar menghadapi hati yang tak menentu. Saya senang sekali jika dosen saya menginginkan suatu karya ilmiah yang baik, tetapi berpindah-pindahnya kemauan dosen di setiap bimbingan membuat saya berpikir, apa yang sebenarnya diinginkan dosen saya? Pelajaran apa yang ingin diajarkan ke saya sampai harus begini banget. Manusiawi jika saya ingin mengumpat, kesal, marah, tetapi selalu saya ingatkan diri saya bahwa beliau adalah seorang guru. Sejak dini ditanamkan kuat dalam diri saya bahwa guru mutlak untuk dihormati dan dihargai, karena ilmu yang mereka ajarkan. Seberapapun kita sakit hati, sedih, kesal karenanya, rasa hormat tak boleh sedikitpun diabaikan (kecuali dlm hal-hal yg sudah melampaui norma yg berlaku ya).

Bisa saja saya melawan argumen dg nada tinggi, meluapkan kekesalan saya, menunjukkan kesalahan guru, tapi saya pikir itu bukan pilihan yang baik bagi saya. Cukuplah telan saja semuanya, saya anggap ini sebuah cara dosen saya dalam menghajar mental saya agar ke depan menjadi pribadi yang kuat, yang ga gampang lembek dengan gertakan, ga gampang menyerah dengan keadaan sulit, saya tetap berprasangka baik, akan ada nilai baik yang bisa saya ambil.

Saya tidak tau lagi harus mencari referensi apa, menuliskan gagasan apalagi.
Tidak bisa dibohongi, pikiran saya semakin kacau. Pikiran berat banget rasanya, stres saya. wkwkwk. Terlebih, kebiasaan saya begadang setiap hari saat semester 7, ngopi tiap hari, dan pola makan serta tidur yang sangat tidak teratur membuat badan saya merespon dengan kurang baik. Setiap malam saya demam, besok siangnya demam turun tapi kepala pusing sekali. Begitu terus sampai 2 minggu demam saya ngga hilang. Ada kating yang curiga saya kena tipes melihat gejalanya. Saya ke dokter. Dokter bilang saya kena gejala tipes. Sahabat saya, ewol kurang percaya kalau masih gejala, karena saya demam 2 minggu lamanya. Ewol memaksa saya tes darah dan tes widal. Dan betul, mbak yang ngasih tau hasilnya kaget melihat hasil lab saya. Mbaknya bilang, "Mbaknya positif tipes dg titer yg udh tinggi banget, tapi kok masih jalan-jalan harusnya sudah opname". Teman saya mahasiswa keperawatan, melihat hasil tesnya, dia lebih paham seberapa parah tipes saya dari pada saya. Saat itu juga saya dibawa ke rumah sakit. Yak, saya drop. Saat itu pertengahan semster 8. Saya lepas semua hal yang membebani pikiran saya, termasuk skripsi saya.

5 hari opname, kondisi saya semakin membaik dr sebelumnya, tapi kesehatan saya belum bisa dikatakan baik. Lemas, sering muntah, kepala saya hampir selalu pusing. Saya masih menetap di asrama, sampai 2 minggu. Tapi saya belum juga sembuh. Akhirnya saya pulang ke rumah. Skripsi saya? Bye!

Saya bedrest total, termasuk dari main social media yang bisa mengganggu pikiran saya. Setiap minggu selama 3 bulan saya harus kontrol ke rumah sakit. Kondisi badan lemas sekali, karenanya saya tidak memikirkan kuliah saya. Dan hamdalah setelah 3 bulan kondisi saya semakin membaik, meski belum seperti orang sehat pada umumnya.  Saya memutuskan kembali ke Surabaya dan bedrest di asrama. Seminggu di Surabaya, saya dichat dosen saya, "Hamida kapan mau sidang, 2 minggu lagi batas waktu input nilai untuk semster ini". Saya kaget luar biasa. Mengingat kondisi saya yang masih lemas. Untuk kontrol ke rumah sakit saja saya selalu keringat dingin, pengen muntah, dan badan lemas. Yang pernah tipes, pasti tau rasanya ini. Dalam kondisi seperti ini, saya terpaksa harus kembali melanjutkan propsal saya.

Malam itu, untuk pertama kalinya setelah 3 bulan saya sakit, saya keluar malam-malam bawa motor sendiri pergi ke rumah dosen saya, ya saya mau bimbingan. Saya berharap malam itu proposal saya diacc. Selama perjalanan, saya berkali-kali mual, badan keringat dingin, masuk angin, sepertinya badan saya kaget kena udara luar. haha. Dan betul, malam itu proposal saya disetujui dan saya bisa sidang proposal. Saya berharap dan mencoba meyakinkan diri saya, bahwa saya diacc karena proposal saya memang pantas untuk disidangkan, dan bukan karena kondisi saya yang sedang sakit mengingat masa semester 8 tersisa 2 minggu saja. Semoga saja begitu. Setiap orang pasti ingin dihargai karena karyanya, bukan atas belas kasihan org lain kepada kita karena kondisi tertentu. Hamdalah.

Seminggu kemudian saya sidang proposal. Saya melihat raut wajah bahagia dari sahabat dan juga kawan2 yg tau lika-liku perjalanan saya.

Foto saat seminar proposal skripsi
Ini saat saya seminar proposal skripsi :)


Setelah sidang proposal, saatnya penelitian. Ohiya, setelah rehat 3 bulan, mental saya terasa jauh lebih baik. Selama 3 bulan itu, saya renungkan pelajaran apa yang bisa saya ambil setelah 1 tahun berkutik dg skripsi. Say syukuri setiap perjalanan hidup saya, di saat itulah hati syaa menjadi tenang. Pelan-pelan mental saya kembali bangkit. Dan saya merasa lebih siap untuk melanjutkan perjalanan skripsi saya, jauh lebih siap secara mental dari sebelumnya.

Penelitian di tempat penukaran sampah dengan tiket suroboyo bus di Terminal Bungurasih
Tempat penelitian saya, lokasi penukaran sampah dengan tiket Suroboyo Bus, Terminal Purabaya


Alhamdulillah penelitian berjalan dengan lancar. Saya penelitian di terminal purabaya dan halte rajawali. Di sana saya bertemu orang2 yg luar biasa. Orang2 yg membantu jalannyaa penelitian saya. Juga, orang2 yg bersedia membagikan kisah hidupnya ke saya. Betapa keras hidup mereka, tiap hari berkutat dengan sampah, menghadapi macam-macam masyarakat surabaya. Mereka juga bertahan melakukan hal yang sama setiap harinya bertahun-tahun. Ini luar biasa bagi saya yg mudah bosan. 



 Karna penelitian ini juga, saya tau betapa lelahnya kerja di lapangan, menguras emosi, mempelajari cara berkomunikasi dan menghadapi masyarakat yg karakternya berbeda-beda. Karna penelitian ini pula, saya tau susahnya masyarakat kita untuk taat peraturan. Sudah dikasih kemudahan, bukannya berterima kasih, justru menyalahkan pembuat kebijakan krn dianggap mempersulit. Saya jadi tau susahnya memperbaiki pola pikir masyarakat, menghilangkan kebiasaan2 tak baik yg krn kebiasaan lantas dianggap baik, masalah KKN yg turun temurun.Intinya, turun ke lapangan membuat mata saya melek akan realita kondisi masyarakat kita. 

Penukaran sampah dengan tiket Suroboyo Bus di Halte Rajawali
Penukaran sampah dengan tiket Suroboyo Bus di Halte Rajawali


Penelitian pun selesai. Saya memasuki fase yg sangat berat. Ya, fase di mana kita sudah mendapatkan data dan harus memulai menulis hasil dan pembahasan. Bukannya gampang, kan udh ada datanya?

Lokasi penukaran sampah dengan tiket Suroboyo Bus di Halte Rajawali
Mas Rizki, Pak Ulul, Mas Yayak, Trimakasih sudah membantu saya

Haha, tunggu dulu mas bro, tampaknya memang begitu, nyatanya memulai tulisan  dari mana aja sudah sangat sulit. Dalam menulis laporan penelitian (hasil dan pmbahasan) tidak cukup hanya menyampaikan hasil saja. Tapi, kita harus jeli melihat celah dari data2 yg kita peroleh untuk selanjutnya menjadi bahan untuk pembahasan. Tak cukup hanya data, pembahasan juga harus disertai dg teori yang ada. Kalimat dalam menyampaikan data juga harus diperhatikan, seperti pemakaian diksi, agar pembahasan kita mudah dipahami dan tidak membosankan.
Pada fase ini, saya betul-betul berjuang melawan kemalasan dan berusaha keras menggali ide. Jika saat proposal ada keabstarakan yg harus kita wujudkan, maka dlm pembahasan kita harus memunculkan ide dari celah2 yg trdpt dlm data kita. Nah itu ngga gmpang, cukup lama waktu yg saya butuhkan untuk akhirnya selesai mengerjakan pembahasan.

Perpustakaan Kampus B Unair
Perpustakaan Kampus B Unair


Setiap hari saya ke perpus brsama sahabat saya yg juga lagi skripsian untuk mengerjakan pembahasan. Dari skripsi saya belajar, sungguh tidak mudah menuangkan ide dan gagasan yg mudah kita sampaikan lewat lisan untuk dijadikan tulisan yang memahamkan orang. Dalam sehari mentok saya dapat 2 halaman, kalau lagi bludrek paling cuma 1 paragraf, kalo pas ngga ada ide, saya buka laptop, saya tidur di perpus :) Ketahuilah, bahwa membuka laptop adalah pencapaian luar biasa bg mahasiswa perskripsian, meskipun setelah memencet tombol on kita tinggal maen game, ngobrol, atau tidur. Karena sesungguhnya menyalakan laptop memberi ketenangan sendiri bagi jiwa-jiwa pejuang skripsi. Seolah-olah itu adalah prestasi yg musti diapresiasi.



Selama pembahasan belum selesai, saya ngga ngampus sama sekali. Saya tidak ingin pembahasan saya belum maksimal, kemudian saya ajukan ke dosen, lantas membuat dosen saya mengarahkan isi pembahasan saya dr awal smpai akhir. Saya ingin, setelah saya menuangkan semua ide pembahasan saya scra maksimal, saya ajukan ke dosen untuk meminimalisir kesalahan dan memaksimalkan apa yg ingin saya tulis. Dan hamdalah, memang masih banyak perbaikan, tapi saya merasakan perbedaan dosen saya dalam merevisi. Bimbingan berjalan sewajarnya, dosen saya tidak mengubah alur pembahasan saya, hanya memberi penekanan untuk menambah bahasan di beberapa sub bab. Kesulitan pd tahap ini adalah proses mencari dan menuangkan gagasan yg memakan waktu cukup lama. Saya akui saya memang membutuhkan waktu lama untuk berfikir, agak loading memang 😊😊.
Ini yg kemudian menjadi faktor sampai akhir semester 9, saya belum diacc, masih ada perbaikan yg harus saya lakukan. 
Kembali, saya harus memperpanjang masa studi saya. Ya, semester ke-10. Di awal semester, hamdalah skripsi saya diacc dan saya bisa sidang.

Sahabat saya, ewol 😊


Selesai? 
Belum!😅 masih ada drama.

Sekitar 10 hari menjelang sidang skripsi, saya mulai ngga enak badan. Demam, mual, dan keringat dingin. Gejala trsbut terus saya rasakan sampai seminggu (h-3). Saya curiga, tipes saya kambuh karena gejala yg negitu mirip saat saya sakit tipes dulu. Besoknya, saya tes widal. Dan betul, saya positif tipes. Malam demam, siang harinya panas turun, tapi keringat dingin. Ini juga yg membuat saya belum bisa bikin ppt dan belajar ala kadarnya. Saya sempat kepikiran untuk menunda sidang, tapi saya ingat susahnya mencocokkan jadwal dari 4 dosen penguji saya. Akhirnya h-2 saya bikin ppt, siang malam. H-1 ppt saya selesai. 

Saat mlm hari H, badan saya masih panas. Besoknya, saya juga masih keringat dingin. Saya berpakaian rapi lengkap dg almamater dg harapan jas almamater bisa menangkal dinginnya udara luar. 
Tapi, ternyata ruang sidang sangat dingin. Tempat di mana saya presentasi tepat di bawah ac 😊. Sepanjang sidang, saya kedinginan, keringat dingin dan menahan sekuat mungkin untuk tidak muntah, karena beneran mual banget. Cukup sulit untuk fokus dalam kondisi tersebut.
Syukur sekali saya bisa melewati itu. Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus.

Usai Sidang skripsi Fakultas Sains dan Teknologi Unair Kampus C
Berfoto bersama teman-teman usai sidang skripsi di FST Unair


Hmmm...
Lelah sekali menulis ini, terlebih membayangkan lelahnya perjuangan menyelesaikan skripsi. 

Dari skripsi, saya belajar 
untuk menjadi bisa, tidak bisa instant,
bahwa emosi bukanlah solusi,
bahwa mental semakin dihajar, akan semakin tahan banting,
bahwa bersabar adalah kebijaksanaan dalam berproses,
bahwa adab tetaplah di atas ilmu,
bahwa menyerah hanyalah godaan sesaat,
bahwa tersenyum adalah representasi segala kegundahan
bahwa prasangka baik, sungguh menyehatkan pikiran,
bahwa menerima, mendatangkan ketenangan,
bahwa kita adalah makhluk sosial, 

Banyak nilai kehidupan yg dapat dipetik dari berskripsi,
Asal kita jeli mengamati dan mau mempelajari

Sesungguhnya, skripsi saya bisa selesai selain atas ridho Allah, juga berkat dukungan yg luar biasa dari sahabat saya juga kawan2 saya. Support mereka, begitu berharga dalam perjalanan saya. Terimakasih kalian telah menguatkan mental saya. Juga, orang2 yg membantu saya saat penelitian di lapangan. Terimakasih telah mengajarkan saya untuk kuat dan tabah dalam kerasnya hidup. Khususnya, untuk sahabat saya, terimakasih telah merawat saya 24 jam selama saya di rs dan juga sepulangnya dr sana, meski dirimu juga sedang memperjuangkan skripsimu. Sebuah pengorbanan yg hanya bisa terbalaskan oleh pertolonganNya.
Terimakasih juga, untuk orang2 yg menerima sambatan saya, membuat saya kembali tersenyum di kala hati ini lelah. Terimakasih untuk dosen saya atas pelajaran berharga yg tidak saya dapatkan di kelas selama 6 semester sebelumnya.
Terimakasih kepada Tuhan yg begitu Maha Baik mempertemukan saya dg orang2 tersebut.

Juga, 
Terimakasih kawan kawan sudah setia membaca kisah saya sampai akhir. Saya memang bukan siapa-siapa, tapi barangkali lewat kisah ini, ada nilai baik yg menetap di hatimu, dan berguna di hidupmu. Semoga 😊

Sampai jumpa di CoretanHam berikutnya yaa .. 😊

#Baladaskripsiku
#CoretanHam
#Let'sInspire 
















No comments:

Post a Comment