Wednesday, June 24, 2020

Apa itu Limbah B3 dan Bagaimana Karakteristik Limbah B3 ?

Hai teman-teman,
Apa teman-teman sering mendengar istilah Limbah B3? Apa teman-teman sudah mengetahui apa itu limbah B3? Jika belum, maka di sini lah teman-teman akan menemukan jawabannya J

 

PENGERTIAN LIMBAH B3

Kata B3 adalah singkatan dari Bahan Berbahaya dan Beracun.  Suatu bahan dapat disebut B3 jika sifat, konsentrasi, dan jumlahnya dapat merusak serta membahayakan kesehatan dan lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup manusia juga makhluk hidup lainnya.

 Sedangkan pengertian limbah adalah sisa dari usaha dan/atau kegiatan.

 Jadi, limbah B3 adalah sisa usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.  Bahan yang termasuk ke dalam kategori B3 umumnya diberi simbol yang menunjukkan karakteristik bahan B3. Setiap individu/kelompok yang karena kegiatan/usahanya menghasilkan limbah B3, maka disebut dengan Penghasil limbah B3. Setiap penghasil limbah B3 wajib melaksanakan kewajiban sebagai penghasil limbah B3 sesuai dengan PP No.101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3.

Lalu, limbah seperti apa yang dikategorikan sebagai limbah B3?

 

KARAKTERISTIK LIMBAH B3

Coba teman-teman perhatikan, limbah B3 memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.       1. Mudah meledak (explosive)

Label Karakteristik Limah B3 Mudah Meledak (Explosive)

Limbah B3 mudah meledak (mudah meledak) adalah Limbah yang pada suhu dan tekanan standar yaitu 25oC (dua puluh lima derajat Celcius) atau 760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury) dapat meledak mlalui reaksi kimia dan/atau fisika. Limbah jenis ini dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya

Karakteristik ini terdapat pada bahan yang bersifat mudah terbakar meski dalam kondisi hampa (tanpa oksigen). Selain mudah terbakar, bahan jenis ini juga mudah melepas panas/menimbulkan api jika bereaksi dengan bahan kimia lainnya. Contoh bahan yang bersifat mudah meledak adalah TNT, ammonium nitrat, dan nitroselulosa.

 

 2.       Mudah menyala (flammable)

Label Karakteristik Limbah B3 yang bersifat Mudah Menyala (Flammable)

Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:

 a)  Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% (dua puluh empat persen) volume. Selain itu, pada titik nyala tidak lebih dari 60oC (enam puluh derajat Celcius) dapat menyala jika terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury).

Pengujian sifat mudah menyala untuk limbah bersifat cair dilakukan menggunakan seta closed tester, pensky martens closed cup, atau metode lain yang setara dan termutakhir

  b) Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar yaitu 25oC (dua puluh lima derajat Celcius) atau 760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury) mudah menyala melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus. Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa harus melalui pengujian di laboratorium

 Jadi, jika bahan mudah meledak (explosive) dapat terbakar meski tanpa kontak oksigen/sumber api, maka bahan yang mudah menyala (flammable) akan terbakar jika terdapat kontak dengan oksigen atau sumber api. Bahan yang bersifat flammable biasanya dapat berupa padatan ataupun cairan yang memiliki titik nyala 0°C-21°C.

 Bahan flammable juga dapat berupa gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal.  Contoh bahan yang bersifat flammable yaitu, Klorin Triflorida (FCl3) (bahan roket/senjata militer), bensin, aseton (bahan produk kecantikan), xylene (bahan cat semprot), dan etanol (terdapat pada parfum)

 

3.   Reaktif

Label Karakteristik Limbah B3 yang bersifat Reaktif

Limbah B3 reaktif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:

 a) Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Ciri khas yang dapat dikenali dari limbah ini yaitu menunjukkan adanya gelembung gas, asap, dan perubahan warna;

  b) Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap. Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa melalui pengujian di laboratorium;

  c) Merupakan Limbah sianida, sulfida yang pada kondisi pH antara 2 (dua) dan 12,5 (dua belas koma lima) dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat diketahui melalui pengujian Limbah yang dilakukan secara kualitatif.

 Jadi, limbah dapat dikatakan bersifat reaktif apabila kontak dengan air dapat menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar. Contoh bahan-bahan reaktif antara lain alkali (Natrium (Na), Kalium (K)) dan alkali tanah (Kalsium (Ca)). Jadi, bahan reaktif sebisa mungkin dijauhkan dari kontak dengan air.

 

 4.     Infeksius  

Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah medis padat yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan, dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan. Yang termasuk ke dalam Limbah infeksius antara lain:

 

a) Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular atau perawatan intensif dan Limbah laboratorium;

 

 b) Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, dan pecahan gelas;

 

 c) Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah atau otopsi;

 

 d) Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ binatang percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius;

 

 e) Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.

 

5.                   Korosif (mudah berkarat)

Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:

 

a)                  Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa.

 Sifat korosif dari Limbah padat dapat diketahui dengan cara mencampurkan Limbah dengan air sesuai dengan metode yang berlaku. Jika limbah memiliki pH lebih kecil atau sama dengan 2 maka Limbah bersifat asam dan jika pH lebih besar atau sama dengan 12,5 maka limbah bersifat basa.

b) Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema dan pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat diketahui dengan melakukan pengujian pada hewan uji mencit.

Padatan yang bersifat korosif apabila mengenai kulit dapat menimbulkan rasa gatal ataupun kerusakan /iritasi pada kulit. Bahan jenis ini contohnya padatan NaOH dan Kalsium Hidroksida (CaO). Begitu juga dengan cairan yang bersifat korosif dapat menimbulkan dampak negatif jika terkena kulit atau mata. Bahan yang bersifat korosif biasanya memiliki sifat asam dengan pH kurang dari 2, ataupun bersifat basa dengan pH di atas 12,5. Contohnya Asam Sulfat (H2SO4) dan Asam Klorida (HCl). Contoh bahan yang bersifat korosif lainnya seperti pembersih kaca, toilet, lantai, dan karpet ; baterai; klorin, dsb.

 

6.                   Beracun / Toksik

Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji sub-kronis.

 

Bahan yang bersifat toksik adalah bahan yang dapat menyebabkan keracunan pada manusia, baik melalui kulit, pernafasan, ataupun mulut.  (Contoh: Pupuk; Pestisida; Klorin; baterai; cat; bensin; sampo, dsb)

 

7.                   Berbahaya (Harmful)

Yaitu bahan dapat berupa padatan ataupun cairan yang jika terdapat kontak dengan tubuh kita baik melalui dihirup atau masuk melalui mulut dapat memberikan efek yang kurang baik terhadap kesehatan tubuh kita seperti iritasi, luka bakar pada kulit, juga dapat menganggu pernafasan. Yang termasuk bahan berbahaya seperti, NaOH dan Cl2.

 

 

8.                   Iritasi (Irritant)

Ciri-ciri bahan yang bersifat irritant yaitu jika bahan baik berupa padatan maupun cairan jika kontak langsung atau secara terus-menerus dengan kulit juga selaput lender dapat menimbulkan peradangan pada bagian tubuh tersebut. Contoh bahan jenis ini antara lain, ammonia, kalsium klorida, asam dan basa encer.

 

 

9.                   Gas bertekanan (Pressure Gas)

Disebut gas bertekanan karena gas ini ditempatkan dalam suatu wadah dengan cara dimampatkan sehingga memiliki tekanan. Gas bertekanan dapat menghasilkan paparan jangka pendek maupun jangka panjang yang berdampak buruk bagi kesehatan seperti teratogenic dan mutagenic. Teratogenic merupakan sifat bahan yang dapat memengaruhi pembentukan serta pertumbuhan pada embrio. Sedangkan mutagenic adalah kondisi dimana paparan gas menyebabkan perubahan kromosom yang berdampak pada perubahan genetika. Paparan gas bertekanan juga dapat menyebabkan keracunan pada organ tubuh. Beberapa contoh gas bertekanan, yaitu Asetilen (C2H2) yang merupakan gas tidak berwarna, mudah terbakar, dan memiliki bau menyerupai bawang putih, Hidrogen (H2) pada proses hidrogenasi, Klor (Cl2) pada proses klorinasi, Nitrogen (N2), dan Amonia (NH3) yang biasa dijadikan bahan baku pendingin.


 Sumber:

1.  Peraturan Menteri Kesehatan No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

2.       Sib3pop.menlhk.go.id

3.       Kmtk.ums.ac.id

4.     https://media.neliti.com/media/publications/108282-ID-salah-satuupaya-penganekaragaman-makanan.pdf


Sunday, June 7, 2020

Catat! Ini Perbedaan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R)

Temen-temen pasti sering banget denger kata 3R kan?
Tapi, tau ngga sih bedanya reduce, reuse, dan recycle?

Jangan bingung ya, 
Begini temen-temen, jika kita pernah mendengar tentang pengelolaan sampah, maka sebenarnya 3R adalah bagian dari kegiatan pengelolaan sampah. 

Dalam UU no 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, dijelaskan bahwa kegiatan pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan dan penanganan. Kegiatan pengurangan memang difokuskan untuk mengurangi timbulan sampah, dengan kata lain gimana caranya kita bisa mencegah timbulnya sampah. Sedangkan penanganan lebih fokus menangani sampah yang telah dihasilkan masyarakat.

Nah, Kegiatan pengurangan sampah sendiri terdiri atas pembatasan timbulan sampah atau biasa kita kenal dengan kata Reduce, Penggunaan ulang sampah (Reuse), dan Pendauran ulang sampah (Recycle). Nah itulah kegiatan yang sering kita sebut dengan 3R. Jadi, sebenarnya kegiatan 3R dimaksudkan untuk mencegah timbulnya sampah baru. Tapi, bukannya reuse dan recycle akan dilakukan jika sudah ada sampahnya? 

Oke, coba saya perjelas dengan contoh ya,

 Ketika kita akan berbelanja ke supermarket, lalu kita tidak membawa kantong belanja sendiri, maka petugas kasir biasanya akan memberi kita kantong plastik yang jika sudah tidak kita pakai akan menjadi sampah. Artinya, kita bakal menghasilkan sampah karena kantong plastik yg kita pakai. Berbeda kasusnya jika ketika belanja kita membawa kantong belanja sendiri, maka biasanya petugas kasir tidak memberi kantong plastik. Jadi, tindakan kita membawa tas belanja telah mencegah timbulnya kantong plastik yg kelak akan menjadi sampah. Artinya, kita telah berhasil mencegah adanya sampah baru. 

Kalau reuse, bagaimana?

Reuse adalah penggunaan ulang sampah secara langsung tanpa melalui proses pengolahan sampah yang dapat merubah karakteristik sampah. Jika kita punya kaleng biskuit yang sudah tidak dipakai, kemudian kaleng bekas terseut kita jadikan pot tanaman atau celengan, maka tindakan kita disebut dengan reuse, karena kita tidak perlu merubah karakteristik kaleng tersebut. Istilah lainnya kita hanya menggeser fungsi kaleng yang tadinya wadah biskuit menjadi wadah uang atau wadah tanaman. Nah, tindakan tersebut telah menyelamatkan kaleng dari nasibnya yg kemungkinan akan dibuang ke tempat sampah. Dengan menggeser fungsi kaleng, maka kaleng yg (seharusnya) menjadi sampah, menjadi barang yg berguna. Nah di sini lah poin dalam mengurangi (mencegah) timbulnya sampah baru. Gampang kan?

Apa bedanya reuse dengan recycle?

Jika reuse penggunaan barang tanpa merubah karakteristik barang aslinya, maka dalam proses recycle dibutuhkan proses pengolahan yang sampai mengubah karakteristik barang aslinya. Biasanya dalam proses pengolahannya dibutuhkan sentuhan teknologi. Contoh, jika kita lihat para pengepul sampah yang mengumpulkan banyak sampah plastik dari gelas atau botol air kemasan yg temen-temen beli. Sampah yg mereka kumpulkan biasanya akan dijual ke industri plastik. Di sana, sampah plastik dilebur,ditambahkan zat kimia lainnya yg dibutuhkan untuk membuat biji plastik baru. Umumnya, biji plastik baru (hasil daur ulang) ini kualitasnya memang lebih rendahdari biji plastik baru yang bukan hasil daur ulang.
Nah, biji plastik baru hasil daur ulang ini bisa dijadikan bahan untuk mencetak kembali gelas/botol plastik. Dengan memanfaatkan biji plastik hasil olahan, maka telah mengurangi penggunaan biji plastik baru murni, sehingga kita bisa meminimalisir timbulnya sampah baru.

Mudah kan ya?
Ringkasnya, perbedaan reduce, reuse, dan recycle bisa dilihat di gambar berikut :)


Perbedaan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R)
Perbedaan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R)


 
Oke, sekian dulu ya tentang 3R. Semoga temen2 semakin paham perbedaan reduce, reuse, dan recycle. Nanti kita belajar lingkungan lagi yaa :)

Trimakasih sudah membaca,
Sampai jumpa di CoretanHam berikutnyaa...

#Envirocorner
#CoretanHam
#Let'sInspire

Saturday, June 6, 2020

Kenali Perbedaan TPS, TPS 3R, dan TPST

Teman-teman,

Sampah teman-teman yang biasa di buang di bak sampah depan rumah,  akan diambil oleh tukang sampah. Nah, sampah tersebut biasanya dibawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). TPS ini fungsinya sebagai tempat transit bagi sampah-sampah rumah tangga (sampah yang biasa kita buang) sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/ atau tempat pengolahan sampah terpadu. Nah TPS ini sesuai dengan namanya, memang sebagai tempat menampung sampah saja. Sampah di TPS tidak boleh menumpuk selama lebih dari 24 jam, jadi harus segera dipindahkan ke tempat pengolahan agar tidak menimbulkan bau busuk ataupun menghasilkan cairan lindi (cairan yang berasal dari sampah). 

Sedikit berbeda dengan TPS, ada tempat yang juga digunakan untuk menampung sampah, namanya TPS 3R (Reduce, reuse, recycle ). Sesuai dengan namanya, tempat ini tidak hanya digunakan untuk menampung sampah saja, melainkan juga sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan. 

Jadi, di dalam TPS 3R ada kegiatan seperti, pemilahan sampah organik dan anorganik ataupun penggunaan ulang sampah, seperti kaleng bekas yang dijadikan pot tanaman, dan juga pembuatan pupuk kompos dari sampah organik. Nah karena ada proses tersebut maka di TPS 3R terdapat keterlibatan masyarakat dalam mengolah sampah. 

Selain TPS dan TPS 3R, ada fasilitas pengolahan sampah yang skalanya lebih besar, yaitu Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). 

TPST merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Pemrosesan Akhir Sampah adalah proses pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sampah sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Loh, bukannya pemrosesan akhir di Tempat Pemrosesan Akhir ya? Ya, memang betul. 

Jadi, TPST ini TPA yang lebih komprehensif. Bedanya, sampah yang masuk ke TPA biasanya sampah yang dikumpulkan dari berbagai TPS ataupun TPS 3R dari berbagai tempat, sedangkan di TPST, sampah yang diproses memang dari awal sudah dikumpulkan dan dipilah di situ.

Nah untuk lebih jelas tentang perbedaan TPS, TPS 3R, dan TPST, coba lihat tabel berikut, semoga semakin paham ya gaes :)

Perbedaan TPS, TPS 3R, dan TPST
Perbedaan TPS, TPS3R, dan TPST


Gimana, gampang kan membedakan mana TPS, mana TPS 3R, dan mana TPST ? Kalau di daerah kalian, fasilitas mana yang pernah kalian temui?

Oke, sekian dulu ya. Nanti kita belajar lingkungan lagi :)

#EnviroCorner
#CoretanHam
#Let'sInspire

Sumber:
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013

Friday, June 5, 2020

Ini Balada Skripsiku, Yakin ngga pengen tau?

Skripsi adalah momen yang luar biasa dalam hidup saya. Dan juga menjadi masa-masa terberat dalam dunia perkuliahan yang saya jalani. Masa sih?

Iya bener. Bener-bener skripsi bukan hanya tentang menulis karya ilmiah, tetapi juga bagaimana belajar menata hati, menahan emosi, percaya diri, yakin dengan keputusan ilahi, cara berkomunikasi dan masih banyak lagi. Lengkapnya, ini baladaku tentang skripsi . . .

Sejak awal kuliah saya tidak terlalu akrab dengan yang namanya karya ilmiah. Mulai sedikit tertarik ketika ada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), itupun karena diajak temen. Karena gaes, bikin karya ilmiah itu ndak gampang cuy..

Mulai Riset tentang teorinya, trus cari metode ilmiahnya, trus eksprimen, nulis laporan hasilnya, itu rentetan yang umumnya dijalani untuk bikin karya ilmiah. Diperlukan kesabaran dalam membaca, mencari referensi yang dibutuhkan, membuat percobaan, menuangkan laporan dalam bentuk tulisan. Ya, karena banyak proses tersebut saya menjadi kurang berminat.

Sampai pada setengah perjalanan kuliah, saya masih ngawang sekali bagaimana proses perskripsian itu, meskipun pemandangan yang selalu saya lihat tetap sama, banyak kakak tingkat (kating) yang antri di depan ruang dosen.

Sampai akhirnya di semester 7 ada mata kuliah proposal skripsi. Saya dituntut untuk segera mencari judul penelitian, mencari dosen pembimbing, dan mencari inspirasi ke ruang baca lewat skripsi2 kating sebelumnya.

Saat semester 7, ada mata kuliah sebelumnya yang harus kembali saya ambil, yaitu Program Kerja Lapangan (PKL), karena laporan saya belum dicc/disetujui jadi hasil laporannya belum bisa disidangkan ke dosen pembimbing, so harus ngambil (lagi)matkul tersebut. Nah, karena sejak awal saya minat ke bidang Manajemen Limbah Padat, maka sejak PKL saya ambil topik ini. Pas bener bidang yang saya sukai diampu oleh dosen senior yang banyak dikenal killer di kalangan mahasiswa. Selain itu, beliau juga menerapkan kedisiplinan serta standar penilaian yang juga tinggi. Ada lagi, kesibukan yang luar biasa dan hal-hal yang saya sebutkan sebelumnya membuat banyak mahasiswa memilih opsi lain (memilih topik selain limbah padat), selain juga mungkin bidang limbah padat bukan yang mereka minati.

Nah sejak masa PKL tersebut saya mulai mengetahui pola kerja dosen tersebut. Laporan yang tidak boleh ditulis asal-asalan, rujukan ilmiah yang harus betul-betul bisa dipertanggungjawabkan, waktu luang yang tidak banyak, tidak mudah memberi acc terhadap laporan yang mahasiswa kumpulkan,  mempertanyakan penguasaan terhadap teori2, dan memberi pressure untuk menguji mental mahasiswa, dsb.

Karena itulah, saya menjadi bimbang. Memilih jalan yang tidak mudah tapi mengerjakan apa yang saya sukai, atau memilih opsi lain yang berpotensi memiliki jalan lebih mudah tetapi bidang yang akan saya kerjakan tidak terlalu saya suka. Molornya PKL yang harusnya selesai di semster 6 (layaknya teman2 saya lainnya) menjadi bukti dan bahan pertimbangan saya, betapa jalan yang harus ditempuh tidak akan mudah jika saya memilih bidang yang saya minati, karena sejatinya PKL adalah media berlatih sebelum menginjak dunia perskripsian.

Dan, akhirnya saya memutuskan untuk kembali memilih dosen X (pembimbing PKL saya) untuk menjadi pembimbing skripsi saya. Artinya, saya memilih untuk melakukan hal yang saya suka, dan juga saya yakin mampu menjalaninya, dengan segala resiko dan rintangan di depan yang siap saya hadapi.

Dosen saya menerima saya sebagai mahasiswa bimbingnya. Hamdalah. Ini artinya, saya siap dan pasrah atas segala didikan yang akan saya terima melalui perskripsian ini.

Pertama kali saya mengajukan judul, saya membawa draft proposal, yang isinya kerangka penelitian. Saya jelaskan ke dosen bagaimana saya akan menjalankan penelitian yg saya ajukan. Dosen saya memang menyimak, tetapi beliau scrolling hp, dan tepat setelah saya menjelaskan kerangka skripsi, beliau menyodorkan hpnya ke saya, " Kenapa kamu ngga ambil topik skripsi ini aja?"

Saya, tercengang. Beliau yang sedari tadi sibuk scrolling hp ternyata sedang mencari artikel tentang Suroboyo Bus. "Apa yang kamu jelaskan adalah topik yang sering dan sudah banyak dibahas katingmu, ngapain kamu ambil itu, kamu harus punya penelitian yang berbeda, agar kamu juga punya penemuan baru dan orang bisa mengenal kamu karena kamu melakukan penelitian tentang topik yang sangat baru, yang bahkan mungkin belum ada orang yang melakukannya.".

Saya, termangu.

"Baik Bu, akan saya coba".
"Tapi, gimana caranya bu? saya sama sekali ngga punya gambaran tentang topik ini"
"Kalau saya kasih tau, itu namanya saya yang mengerjakan skripsi"
 Plak. Saya menelan ludah dan memaksakan melebarkan senyuman saya
"Baik bu, akan saya coba"
"Oke, kalau sudah siap dengan bahannya (bab 1,2,3), nanti kesini lagi"
Baik, Bu.

Keluar ruangan, dunia terasa gelap, meski siang itu sangat terang.
Saya menghela nafas panjang, mulai berfikir serius bagaimana saya bisa melakukan penelitian ini, sedangkan tidak ada satupun rujukan penelitian tentang topik yg sama sebelumnya. Jangankan rujukan hasil penelitian, rujukan berupa informasi saja saya tidak tau ada atau ngga.

Saya pun mulai mengerahkan segala tenaga untuk melawan kemalasan. Bersabar dan tetap fokus dalam mencari literatur, meraba metoda apa yang akan dipakai, menggali lebih dalam data-data terkait Suroboyo Bus yang menjadi latar belakang penelitian.

Semester 7 adalah semester paling berat secara bobot akademis. Karena di semester inilah, saya mendapat 2 tugas besar. Apa itu tugas besar?

Dalam jurusan teknik, umumnya kita punya tugas besar, yaitu tugas yang masa pengerjaannya selama satu semester, bisa kelompok bisa juga per individu. Jadi, di matkul yang ada tugas besar, dalam satu semester tersebut hanya ada tugas besar yang diberikan, tidak ada tugas lain karena memang tidak mudah tugas yang harus dikerjakan. Misalnya di jurusan saya, waktu itu saya memeiliki 2 tugas besar,yaitu membuat perencanaan bangunan pengolahan air minum dan perencanaan bangunan pengolahan air limbah. Tugas yang begitu rumit, banyak step-step yang harus dijalani, full perhitungan. Tidak akan bisa mengerjakan tugas semacam ini dengan sks, jadi setiap hari harus dicicil smpai satu semster. Karena tugas besar itulah, hanya sebagian kecil malam hari yang saya gunakan tidur. Hampir setiap hari saya begadang sampai subuh, atau bahkan sampai pagi. Banyak sekali waktu saya yang tersita. Belum lagi urusan laporan PKL yang tak kunjung diacc.

Karena itulah, rasanya 24 jam waktu yang saya punya tidak cukup saat itu. Beban tugas besar yang saya emban, tidak bisa membuat skripsi dikesampingkan.

Teman-teman. Jika kalian pernah mengerjakan skripsi, kalian tentu merasakan betapa untuk memulai mengerjakan skripsi dibutuhkan effort yang sangat besar, mulai menyingkirkan malas, menemukan ide di tengah keabstrakan penelitian yang akan dilakukan, berusaha fokus dg berfikir seolah-olah tdk ada tugas lain yg harus dikerjakan, sabar mencari literatur yang pas dengan yang dibutuhkan dari sekian banyaknya jurnal.

Ini juga yang saya rasakan.
Setiap saya ingin mengerjakan skripsi, melihat laptop saja nyali saya sudah menciut. Karena skripsi memang penuh keabstrakan. Saya, diliputi kebingungan. Jika penelitian yg akan kita lakukan  topiknya pernah dikerjakan orang lain sebelumnya, akan lebih mudah bagi kita karena ada gambaran kerangka penelitiannya seperti apa.

Lha ini?
Suroboyo Bus saja waktu itu baru beroperasi 6 bulan. Kebijakannya pun, terus berprogress. Jangan harap dapat kerangka penelitian, wong saya ketik di google rata-rata informasi yang saya peroleh sama saja, cara naik Suroboyo Bus, bukan data-data terkait penumpang, sampah ataupun data rapi lainnya yang sekiranya dapat dijadikan referensi.
Di saat yang sama, saya terus kepikiran tugas besar saya, yang meskipun sulit, paling tidak apa yang harus saya kerjakan di tugas besar  lebih jelas, misal mencari persamaan x, menghitung luas bangunan, sesuatu yang bisa dilihat jelas ke mana arahnya. Ini yang menjadikan saya, selalu menunda skripsi, karena pikir saya, 2 jam di depan laptop dengan niat ngerjain skripsi, akan sangat berbeda hasilnya jika 2 jam tersebut saya gunakan mengerjakan tugas besar.

Tapi, yang harus dicatat adalah jika skripsi terus ditunda, maka jiwa malas akan semakin menggerogoti kita dan skripsi justru semakin ngga selesai-selesai.

Jadi, yg saya terapkan waktu itu adalah, saya cari suasana lingkungan yang paling tenang, suasana mood yang lagi baik-baiknya, kondisi badan yang sedang fresh, agar ketika mengerjakan skripsi saya bisa sangat fokus. Kalau udh bludrek dan ngga nemu ide, saya tutup file skripsi, saya buka kembali lembar tugas besar saya :) Begitu trus yang saya lakukan selama satu semester.

Setelah pertemuan pertama yang membahas judul, saya kembali menemui dosen saya, kira-kira satu bulan setelah pertemuan sebelumnya :)
Dan, yang saya terima adalah proposal saya penuh coretan di mana-mana. Latar belakang masih dangkal, literatur kurang, metode belum jelas.
Dosen saya tipikal orang yang sampaikanlah kejujuran meski itu nylekit wkwkw. Kalau beliau bilang seperti itu, saya percaya bahwa tulisan saya memang masih ecek-ecek, belum berbobot, dan masih banyak yang harus saya perbaiki. Saya terima semua yg dosen saya sampaikan, meski mbrebes mili ning njero ati. Down? sedikit. Karena kurang lebih rasanya sama seperti saat saya pertama kali mengumpulkan laporan PKL ke ibunya.

Masalahnya adalah, setelah apa yg beliau sampaikan, saya mencoba mempertanyakan, lalu saya harus bagaimana bu, saya butuh pencerahan. Saya betul-betul butuh sedikit saja gambaran yang bisa memancing imajinasi saya. Bukan Bu X namanya jika di awal menjelaskan semuanya secara detail Saya diajak bermain analogi, mengembangkan imajinasi, menggali segi kreativitas dalam berpikir, dan endingnya, beliau berkata " Perluas sudut pandangmu, coba gali dari berbagai sudut pandang yang ada, supaya kamu bisa menemukan apa yang mesti kamu lakukan", ya kurang lebihnya seperti itu.

Keluar ruangan, bukan hanya dunia yang terasa gelap, masa depan perskripsian saya yang kini terasa semakin suram. Sementara saya kebingungan arah tanpa pegangan dan tujuan, teman-teman saya perlahan sudah mulai sidang proposal. Mental semakin memburuk, ide tak kunjung datang, tugas besar masih jauh dari kata selesai, sidang pkl pun ngga ada kabar. Lengkap sudah ujian hidup ini.Yaa Allah..

Inilah kenapa kuliah penting. Mahasiswa sering sekali terlatih menghadapi lebih dari satu masalah di saat yang bersamaan. Tidak bisa jika harus diselesaikan satu-satu, karena masalah2 tersbut datang di waktu yang sama dan menuntut kita untuk menyelesaikannya bersamaan.Beginilah cara pembentukan mental di dunia perkuliahan. Mau mundur? Sudah terlanjur basah kok..! Ngga ada pilihan lain selain maju teruss!!

Saya pulang dengan lembaran proposal penuh coretan dan miskin pencerahan. Bukanlah diri saya jikalau cepat menyerah dengan keadaan.
Saya coba untuk sedikit mengendorkan waktu untuk mengerjakan tugas besar, agar lebih fokus dalam mengerjakan skripsi. Karena jika semakin lama saya tidak mengumpulkan skripsi, semakin lama pula saya mendapat kesempatan untuk bimbingan ke dosen. Kenapa begitu?
Sudah saya singgung di awal bahwa dosen saya sibuk sekali. Banyak proyek penelitian baik dari kampus maupun luar kampus yang sedang ditangani, rapat, ngajar, bimbing skripsi, dan tugas-tugas lain yang menyita waktu dosen saya. Karenanya, dosen saya membuat peraturan dalam proses bimbingan skripsi, yaitu mahasiswa mengumpulkan revisi ke loker yg disediakan, lalu tinggal menunggu sampai dosen memanggil kita via chat. Jadi kalau saya mengumpulkan hari ini, ndak bisa langsung bimbingan mas bro, antri dulu. Biasanya dulu saya baru bisa bimbingan setelah seminggu mengumpulkan :)

Perlahan tapi pasti, saya coba gali terus ide-ide, saya paksa imajinasi saya, saya perbesar kesabaran saya dalam mencari data, literatur, dan juga kesabaran dalam menuliskan ide yang ada di pikiran. Bimbingan selanjutnya ndak banyak coretan sprti sebelumnya. Hanya saja, apa yang saya tulis belum cukup memuaskan dosen saya. "Ini latar belakangnya masih kurang dalam, metodenya masih kurang detail".

Oke, saya keluar ruangan masih dengan wajah masam.
Tapi,saya bersyukur laporan pkl saya sudah diacc. Ah nikmatnya beban pikiran berkurang satu.
Meski tugas besar masih jauh dari garis finish.

Malam hari saya habiskan untuk begadang, mengerjakan skripsi, lalu mengerjakan tugas besar. Untuk membuat mata saya terjaga, saya hampir selalu sedia kopi. Jika adzan subuh telah berkumandang, saya sudahi begadang saya.  Trus ngga tidur? Pagi biasanya saya mengqadha' tidur saya, lho ngga kuliah?  Saat itu jadwal kuliah di kelas sudah sangat jarang karena hanya tersisa mata kuliah "super" yang masih ada. Malam hari juga saya pilih karena ketenangan yang tidak bisa selalu dirasakan saat siang hari. Karena memang saya tipe orang yang harus fokus saat mengerjakan sesuatu, sementara saya mudah terdistraksi oleh sesuatu, jdi malam menjadi waktu yang pas buat saya mengerjakan tugas.
Siang hari juga saya manfaatkan untuk mengerjakan tugas besar ini. Bener deh ini tugas besar kebawa trus di pikiran saya ke manapun saya pergi. Rasanya saat itu saya berada dalam dunia lain, karena pikiran saya penuh dengan skripsi dan tugas besar, karena tugas besar ini tugas individu, mulai cari dasar teori, cari rumus, ngitung detail, gambar, wih panjang prosesnya, satu tugas besar bisa sampai 100 halaman lo. Itu isinya ngga alfabet semua, tapi juga angka-angka.

Saya kembali menemui dosen saya. Tulisan saya masih banyak yang harus diperbaiki. Begitu terus sampai datanglah masa di mana semester 7 sudah selesai, tetapi proposal saya tak kunjung diacc. Gaes, come on ini proposal ya, belum skripsi beneran wkwkw. Sementara itu, hampir keseluruhan teman2 angkatan saya sudah sidang proposal (Telah disetujui) dan mereka tinggal menunggu nilai.

Saya semakin kepikiran, karena jika proposal saya tidak selesai semester 7, maka di semester 8 saya tidak bisa mengambil mata kuliah skrispi, karena matkul proposal skripsi menjadi syarat untuk bisa mengambil skripsi. Itu artinya kuliah saya bisa molor. Sampai semester 7 bener-bener usai, proposal saya belum juga disetujui. Dan fix kuliah saya molor.

Memasuki awal semester 8, saya kembali menemui dosen saya. Di beberapa bimbingan, saya sempet lose hope karena ngga ngerti lagi dengan pemikiran dosen saya. Karena jujur ya, entah disadari dosen saya atau tidak ada hal yang begitu membingungkan saya. Misalnya begini ya,

 (Pertemuan sebelumnya)
"Kamu tambah materimu tentang A, B,C, untuk memperdalam tulisan kamu"
"Baik, bu"

(Pas ketemu lagi)
"Ngapain kamu tambahkan materi A,B,C, ke tulisan kamu, memangnya kamu mau membahas tentang topik itu"
Saya kaget, dalam hati saya bilang, loh inikan materi yang jelas-jelas ibu minta sendiri untuk ditambahkan. Sesungguhnya ini ngga terjadi sekali, teman-teman. Berkali-kali saya rombak tulisan saya.

Kenapa ngga bilang ke dosen aja?
Kenapa ya, semua teman-teman saya mengakui merasakan ketegangan yang luar biasa saat berhadapan dg beliau, sampai-sampai apa yg ingin disampaikan hanya dibatin saja wkwkw dan ini juga yg saya rasakan. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang. Tidak ada progress yg berarti apalagi kepastian sidang di setiap bimbingan. Padahal untuk bisa bertemu ibunya ndak gampang. Tak jarang saya menunggu dari pagi sampai sore, eh ngga bisa bimbingan. Pernah suatu hari nunggu dari pagi sampai malam sampai ngga ada satupun mahasiswa yang saya liat di fakultas, karena ibunya masih di luar. Tiba-tiba saya dichat kalau bimbingan dicancel :)
Kalau begini terus, sampai kapanpun saya ya ngga sidang-sidang. Sementara itu, teman-teman saya ada yang sudah memulai penelitian.

Saat-saat inilah mental saya terpental dan jatuh. Saya mulai menyadari bahwa saya tidak hanya sedang belajar membuat karya ilmiah yang baik, karena saya merasa sudah mengikuti semua instruksi dosen saya (Sekali lagi, ini perasaan saya ya) tapi saya juga sedang belajar menghadapi hati yang tak menentu. Saya senang sekali jika dosen saya menginginkan suatu karya ilmiah yang baik, tetapi berpindah-pindahnya kemauan dosen di setiap bimbingan membuat saya berpikir, apa yang sebenarnya diinginkan dosen saya? Pelajaran apa yang ingin diajarkan ke saya sampai harus begini banget. Manusiawi jika saya ingin mengumpat, kesal, marah, tetapi selalu saya ingatkan diri saya bahwa beliau adalah seorang guru. Sejak dini ditanamkan kuat dalam diri saya bahwa guru mutlak untuk dihormati dan dihargai, karena ilmu yang mereka ajarkan. Seberapapun kita sakit hati, sedih, kesal karenanya, rasa hormat tak boleh sedikitpun diabaikan (kecuali dlm hal-hal yg sudah melampaui norma yg berlaku ya).

Bisa saja saya melawan argumen dg nada tinggi, meluapkan kekesalan saya, menunjukkan kesalahan guru, tapi saya pikir itu bukan pilihan yang baik bagi saya. Cukuplah telan saja semuanya, saya anggap ini sebuah cara dosen saya dalam menghajar mental saya agar ke depan menjadi pribadi yang kuat, yang ga gampang lembek dengan gertakan, ga gampang menyerah dengan keadaan sulit, saya tetap berprasangka baik, akan ada nilai baik yang bisa saya ambil.

Saya tidak tau lagi harus mencari referensi apa, menuliskan gagasan apalagi.
Tidak bisa dibohongi, pikiran saya semakin kacau. Pikiran berat banget rasanya, stres saya. wkwkwk. Terlebih, kebiasaan saya begadang setiap hari saat semester 7, ngopi tiap hari, dan pola makan serta tidur yang sangat tidak teratur membuat badan saya merespon dengan kurang baik. Setiap malam saya demam, besok siangnya demam turun tapi kepala pusing sekali. Begitu terus sampai 2 minggu demam saya ngga hilang. Ada kating yang curiga saya kena tipes melihat gejalanya. Saya ke dokter. Dokter bilang saya kena gejala tipes. Sahabat saya, ewol kurang percaya kalau masih gejala, karena saya demam 2 minggu lamanya. Ewol memaksa saya tes darah dan tes widal. Dan betul, mbak yang ngasih tau hasilnya kaget melihat hasil lab saya. Mbaknya bilang, "Mbaknya positif tipes dg titer yg udh tinggi banget, tapi kok masih jalan-jalan harusnya sudah opname". Teman saya mahasiswa keperawatan, melihat hasil tesnya, dia lebih paham seberapa parah tipes saya dari pada saya. Saat itu juga saya dibawa ke rumah sakit. Yak, saya drop. Saat itu pertengahan semster 8. Saya lepas semua hal yang membebani pikiran saya, termasuk skripsi saya.

5 hari opname, kondisi saya semakin membaik dr sebelumnya, tapi kesehatan saya belum bisa dikatakan baik. Lemas, sering muntah, kepala saya hampir selalu pusing. Saya masih menetap di asrama, sampai 2 minggu. Tapi saya belum juga sembuh. Akhirnya saya pulang ke rumah. Skripsi saya? Bye!

Saya bedrest total, termasuk dari main social media yang bisa mengganggu pikiran saya. Setiap minggu selama 3 bulan saya harus kontrol ke rumah sakit. Kondisi badan lemas sekali, karenanya saya tidak memikirkan kuliah saya. Dan hamdalah setelah 3 bulan kondisi saya semakin membaik, meski belum seperti orang sehat pada umumnya.  Saya memutuskan kembali ke Surabaya dan bedrest di asrama. Seminggu di Surabaya, saya dichat dosen saya, "Hamida kapan mau sidang, 2 minggu lagi batas waktu input nilai untuk semster ini". Saya kaget luar biasa. Mengingat kondisi saya yang masih lemas. Untuk kontrol ke rumah sakit saja saya selalu keringat dingin, pengen muntah, dan badan lemas. Yang pernah tipes, pasti tau rasanya ini. Dalam kondisi seperti ini, saya terpaksa harus kembali melanjutkan propsal saya.

Malam itu, untuk pertama kalinya setelah 3 bulan saya sakit, saya keluar malam-malam bawa motor sendiri pergi ke rumah dosen saya, ya saya mau bimbingan. Saya berharap malam itu proposal saya diacc. Selama perjalanan, saya berkali-kali mual, badan keringat dingin, masuk angin, sepertinya badan saya kaget kena udara luar. haha. Dan betul, malam itu proposal saya disetujui dan saya bisa sidang proposal. Saya berharap dan mencoba meyakinkan diri saya, bahwa saya diacc karena proposal saya memang pantas untuk disidangkan, dan bukan karena kondisi saya yang sedang sakit mengingat masa semester 8 tersisa 2 minggu saja. Semoga saja begitu. Setiap orang pasti ingin dihargai karena karyanya, bukan atas belas kasihan org lain kepada kita karena kondisi tertentu. Hamdalah.

Seminggu kemudian saya sidang proposal. Saya melihat raut wajah bahagia dari sahabat dan juga kawan2 yg tau lika-liku perjalanan saya.

Foto saat seminar proposal skripsi
Ini saat saya seminar proposal skripsi :)


Setelah sidang proposal, saatnya penelitian. Ohiya, setelah rehat 3 bulan, mental saya terasa jauh lebih baik. Selama 3 bulan itu, saya renungkan pelajaran apa yang bisa saya ambil setelah 1 tahun berkutik dg skripsi. Say syukuri setiap perjalanan hidup saya, di saat itulah hati syaa menjadi tenang. Pelan-pelan mental saya kembali bangkit. Dan saya merasa lebih siap untuk melanjutkan perjalanan skripsi saya, jauh lebih siap secara mental dari sebelumnya.

Penelitian di tempat penukaran sampah dengan tiket suroboyo bus di Terminal Bungurasih
Tempat penelitian saya, lokasi penukaran sampah dengan tiket Suroboyo Bus, Terminal Purabaya


Alhamdulillah penelitian berjalan dengan lancar. Saya penelitian di terminal purabaya dan halte rajawali. Di sana saya bertemu orang2 yg luar biasa. Orang2 yg membantu jalannyaa penelitian saya. Juga, orang2 yg bersedia membagikan kisah hidupnya ke saya. Betapa keras hidup mereka, tiap hari berkutat dengan sampah, menghadapi macam-macam masyarakat surabaya. Mereka juga bertahan melakukan hal yang sama setiap harinya bertahun-tahun. Ini luar biasa bagi saya yg mudah bosan. 



 Karna penelitian ini juga, saya tau betapa lelahnya kerja di lapangan, menguras emosi, mempelajari cara berkomunikasi dan menghadapi masyarakat yg karakternya berbeda-beda. Karna penelitian ini pula, saya tau susahnya masyarakat kita untuk taat peraturan. Sudah dikasih kemudahan, bukannya berterima kasih, justru menyalahkan pembuat kebijakan krn dianggap mempersulit. Saya jadi tau susahnya memperbaiki pola pikir masyarakat, menghilangkan kebiasaan2 tak baik yg krn kebiasaan lantas dianggap baik, masalah KKN yg turun temurun.Intinya, turun ke lapangan membuat mata saya melek akan realita kondisi masyarakat kita. 

Penukaran sampah dengan tiket Suroboyo Bus di Halte Rajawali
Penukaran sampah dengan tiket Suroboyo Bus di Halte Rajawali


Penelitian pun selesai. Saya memasuki fase yg sangat berat. Ya, fase di mana kita sudah mendapatkan data dan harus memulai menulis hasil dan pembahasan. Bukannya gampang, kan udh ada datanya?

Lokasi penukaran sampah dengan tiket Suroboyo Bus di Halte Rajawali
Mas Rizki, Pak Ulul, Mas Yayak, Trimakasih sudah membantu saya

Haha, tunggu dulu mas bro, tampaknya memang begitu, nyatanya memulai tulisan  dari mana aja sudah sangat sulit. Dalam menulis laporan penelitian (hasil dan pmbahasan) tidak cukup hanya menyampaikan hasil saja. Tapi, kita harus jeli melihat celah dari data2 yg kita peroleh untuk selanjutnya menjadi bahan untuk pembahasan. Tak cukup hanya data, pembahasan juga harus disertai dg teori yang ada. Kalimat dalam menyampaikan data juga harus diperhatikan, seperti pemakaian diksi, agar pembahasan kita mudah dipahami dan tidak membosankan.
Pada fase ini, saya betul-betul berjuang melawan kemalasan dan berusaha keras menggali ide. Jika saat proposal ada keabstarakan yg harus kita wujudkan, maka dlm pembahasan kita harus memunculkan ide dari celah2 yg trdpt dlm data kita. Nah itu ngga gmpang, cukup lama waktu yg saya butuhkan untuk akhirnya selesai mengerjakan pembahasan.

Perpustakaan Kampus B Unair
Perpustakaan Kampus B Unair


Setiap hari saya ke perpus brsama sahabat saya yg juga lagi skripsian untuk mengerjakan pembahasan. Dari skripsi saya belajar, sungguh tidak mudah menuangkan ide dan gagasan yg mudah kita sampaikan lewat lisan untuk dijadikan tulisan yang memahamkan orang. Dalam sehari mentok saya dapat 2 halaman, kalau lagi bludrek paling cuma 1 paragraf, kalo pas ngga ada ide, saya buka laptop, saya tidur di perpus :) Ketahuilah, bahwa membuka laptop adalah pencapaian luar biasa bg mahasiswa perskripsian, meskipun setelah memencet tombol on kita tinggal maen game, ngobrol, atau tidur. Karena sesungguhnya menyalakan laptop memberi ketenangan sendiri bagi jiwa-jiwa pejuang skripsi. Seolah-olah itu adalah prestasi yg musti diapresiasi.



Selama pembahasan belum selesai, saya ngga ngampus sama sekali. Saya tidak ingin pembahasan saya belum maksimal, kemudian saya ajukan ke dosen, lantas membuat dosen saya mengarahkan isi pembahasan saya dr awal smpai akhir. Saya ingin, setelah saya menuangkan semua ide pembahasan saya scra maksimal, saya ajukan ke dosen untuk meminimalisir kesalahan dan memaksimalkan apa yg ingin saya tulis. Dan hamdalah, memang masih banyak perbaikan, tapi saya merasakan perbedaan dosen saya dalam merevisi. Bimbingan berjalan sewajarnya, dosen saya tidak mengubah alur pembahasan saya, hanya memberi penekanan untuk menambah bahasan di beberapa sub bab. Kesulitan pd tahap ini adalah proses mencari dan menuangkan gagasan yg memakan waktu cukup lama. Saya akui saya memang membutuhkan waktu lama untuk berfikir, agak loading memang 😊😊.
Ini yg kemudian menjadi faktor sampai akhir semester 9, saya belum diacc, masih ada perbaikan yg harus saya lakukan. 
Kembali, saya harus memperpanjang masa studi saya. Ya, semester ke-10. Di awal semester, hamdalah skripsi saya diacc dan saya bisa sidang.

Sahabat saya, ewol 😊


Selesai? 
Belum!😅 masih ada drama.

Sekitar 10 hari menjelang sidang skripsi, saya mulai ngga enak badan. Demam, mual, dan keringat dingin. Gejala trsbut terus saya rasakan sampai seminggu (h-3). Saya curiga, tipes saya kambuh karena gejala yg negitu mirip saat saya sakit tipes dulu. Besoknya, saya tes widal. Dan betul, saya positif tipes. Malam demam, siang harinya panas turun, tapi keringat dingin. Ini juga yg membuat saya belum bisa bikin ppt dan belajar ala kadarnya. Saya sempat kepikiran untuk menunda sidang, tapi saya ingat susahnya mencocokkan jadwal dari 4 dosen penguji saya. Akhirnya h-2 saya bikin ppt, siang malam. H-1 ppt saya selesai. 

Saat mlm hari H, badan saya masih panas. Besoknya, saya juga masih keringat dingin. Saya berpakaian rapi lengkap dg almamater dg harapan jas almamater bisa menangkal dinginnya udara luar. 
Tapi, ternyata ruang sidang sangat dingin. Tempat di mana saya presentasi tepat di bawah ac 😊. Sepanjang sidang, saya kedinginan, keringat dingin dan menahan sekuat mungkin untuk tidak muntah, karena beneran mual banget. Cukup sulit untuk fokus dalam kondisi tersebut.
Syukur sekali saya bisa melewati itu. Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus.

Usai Sidang skripsi Fakultas Sains dan Teknologi Unair Kampus C
Berfoto bersama teman-teman usai sidang skripsi di FST Unair


Hmmm...
Lelah sekali menulis ini, terlebih membayangkan lelahnya perjuangan menyelesaikan skripsi. 

Dari skripsi, saya belajar 
untuk menjadi bisa, tidak bisa instant,
bahwa emosi bukanlah solusi,
bahwa mental semakin dihajar, akan semakin tahan banting,
bahwa bersabar adalah kebijaksanaan dalam berproses,
bahwa adab tetaplah di atas ilmu,
bahwa menyerah hanyalah godaan sesaat,
bahwa tersenyum adalah representasi segala kegundahan
bahwa prasangka baik, sungguh menyehatkan pikiran,
bahwa menerima, mendatangkan ketenangan,
bahwa kita adalah makhluk sosial, 

Banyak nilai kehidupan yg dapat dipetik dari berskripsi,
Asal kita jeli mengamati dan mau mempelajari

Sesungguhnya, skripsi saya bisa selesai selain atas ridho Allah, juga berkat dukungan yg luar biasa dari sahabat saya juga kawan2 saya. Support mereka, begitu berharga dalam perjalanan saya. Terimakasih kalian telah menguatkan mental saya. Juga, orang2 yg membantu saya saat penelitian di lapangan. Terimakasih telah mengajarkan saya untuk kuat dan tabah dalam kerasnya hidup. Khususnya, untuk sahabat saya, terimakasih telah merawat saya 24 jam selama saya di rs dan juga sepulangnya dr sana, meski dirimu juga sedang memperjuangkan skripsimu. Sebuah pengorbanan yg hanya bisa terbalaskan oleh pertolonganNya.
Terimakasih juga, untuk orang2 yg menerima sambatan saya, membuat saya kembali tersenyum di kala hati ini lelah. Terimakasih untuk dosen saya atas pelajaran berharga yg tidak saya dapatkan di kelas selama 6 semester sebelumnya.
Terimakasih kepada Tuhan yg begitu Maha Baik mempertemukan saya dg orang2 tersebut.

Juga, 
Terimakasih kawan kawan sudah setia membaca kisah saya sampai akhir. Saya memang bukan siapa-siapa, tapi barangkali lewat kisah ini, ada nilai baik yg menetap di hatimu, dan berguna di hidupmu. Semoga 😊

Sampai jumpa di CoretanHam berikutnya yaa .. 😊

#Baladaskripsiku
#CoretanHam
#Let'sInspire